Klik "ide judul blog" untuk membaca tulisan ide dari judul blog...

Sabtu, 06 September 2014

Masyarakat Bada

Sumber foto: koleksi pribadi, 2014

Siapa yang tidak mengenal Poso? Poso adalah sebuah Kabupaten yang terkenal hingga kini karena kerusuhannya yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Kerusuhan tersebut, mengisi media cetak dan media elektronik di Indonesia, dan tersebar bahkan hingga ke luar negeri. Namun melihat lebih ke dalam, terdapat sebuah daerah di pedalaman yang dapat menyeimbangkan atau bahkan menghapuskan citra buruk Kabupaten Poso. Daerah tersebut, dikenal dengan nama Lembah Bada.

Lembah Bada adalah suatu daerah yang secara administratif terletak di Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah dan juga berada dalam kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Lembah Bada terdiri dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lore Barat, dengan ibukotanya adalah Desa Lengkeka, dan Kecamatan Lore Selatan, dengan ibukotanya adalah Desa Gintu. Secara geografis, Lembah Bada dikelilingi oleh pegunungan Lore, yang di tengah-tengahnya terdapat dua sungai, yaitu Sungai Lariang dan Sungai Malei.

Hal yang membuat Lembah Bada menjadi terkenal bahkan hingga ke luar negeri adalah fenomena arkeologinya. Lembah Bada adalah surganya budaya megalitik. Budaya megalitik yang terdapat di Lembah Bada beragam, seperti arca-arca patung (baik manusia maupun binatang), kalamba (sejenis wadah dari batu yang berukuran besar), bakal kalamba (kalamba yang belum jadi), batu dakon, lumpang batu, batu bergores dan batu berukir. Sedangkan Master Piece Lembah Bada adalah Arca Palindo yang terletak di Situs Padang Sepe, Desa Lengkeka, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso. Walaupun Lembah Bada terkenal dengan fenomena arkeologinya (megalitik), namun dalam tulisan ini hal yang akan dibahas adalah fenomena sosial masyarakat Lembah Bada, yang penulis anggap sebagai fenomena yang unik. Tulisan ini merupakan hasil dari pengamatan yang penulis lakukan di Lembah Bada, tepatnya di Desa Lengkeka, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.

Sebelum berangkat ke Lembah Bada, mindset yang ada di kepala penulis adalah masyarakat Lembah Bada memiliki kulit yang putih karena Lembah Bada merupakan daerah pegunungan dan pada umumnya daerah pegunungan memiliki suhu udara yang dingin. Akan tetapi, mindset tersebut keliru, karena masyarakat Lembah Bada ternyata tidak berkulit putih, melainkan sawo matang. 

Suhu udara Lembah Bada adalah unik, karena sangat panas pada siang hari namun sangat dingin pada malam hari. Efek dari suhu udara yang unik tersebut adalah warna kulit yang dapat berubah menjadi lebih gelap. Variabelnya adalah tinggal di Lembah Bada minimal selama satu minggu dengan aktifitas keseharian adalah bekerja di luar rumah pada pagi hingga sore hari. Hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara suhu udara yang unik dengan aktifitas keseharian bekerja di luar rumah pada pagi hingga sore hari, terimplementasikan pada masyarakat Lembah Bada yang memiliki mata pencaharian bercocok tanam atau berkebun. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suhu udara yang unik tersebut membuat kulit masyarakat Lembah Bada tidak berwarna putih melainkan berwarna sawo matang.

Fenomena unik lainnya adalah pemikiran tukang ojek Lembah Bada yang termanifestasi dari motornya. Jika berada di Lembah Bada dan kita ingin menyewa jasa tukang ojek, maka kita termasuk orang yang beruntung dari aspek kenyamanan jika mendapatkan ojek yang memiliki motor yang terawat atau motor yang bagus. Motor-motor milik tukang ojek Lembah Bada kondisi fisiknya tidak bagus dan tidak terawat namun masih tetap digunakan untuk mencari nafkah. Melihat kondisi fisik motor tukang ojek Lembah Bada, maka dapat diketahui pemikirannya bahwa dalam mencari nafkah, mereka memperhatikan hasil produksi namun mengabaikan aset. Pemikiran tersebut memang berdampak pada penumpang atau penyewa jasa (kenyamanannya) namun lebih berdampak pada pemilik aset itu sendiri.

Melihat fenomena sosial tersebut, penulis jadi teringat dengan sebuah prinsip yang disebut oleh Covey sebagai Prinsip Keseimbangan P/KP (Covey, 2010: 62). P adalah Produksi dan KP adalah Kemampuan Produksi. Dalam kasus di atas, P adalah uang, dan KP adalah motor. Berdasarkan prinsip tersebut, maka jika kita memiliki pola hidup yang berfokus pada P dan mengabaikan KP, maka kita akan segera kehilangan KP. Sebaliknya, jika kita memiliki pola hidup yang berfokus pada KP dan mengabaikan P, maka hasil produksi yang diperoleh tidak akan cukup untuk menafkahi keluarga bahkan untuk menafkahi diri kita sendiri. Tukang ojek Lembah Bada memiliki pola hidup yang berfokus pada P dan mengabaikan KP. Pola hidup tersebut akan membuat mereka kehilangan KP atau motornya.

Sebagai contoh adalah pada saat penulis menggunakan jasa mereka dari Basecamp menuju Padang Sepe untuk menyaksikan Arca Palindo. Ban luar motor tukang ojek tersebut sudah gundul dan yang parahnya adalah ban tersebut sudah robek, sehingga sudah tidak layak untuk dipakai lagi. Ban luar yang robek tersebut hanya ditutupi dengan pengikat dari karet agar masih dapat dipakai. Dalam perjalanan menuju Padang Sepe, ban luar motor tersebut masih dapat dipakai. Namun dalam perjalanan kembali ke Basecamp, ban luar tersebut sudah tidak dapat dipakai lagi karena ban dalamnya hamil (membengkak ke luar). Sehingga jika tidak segera diganti, ban dalamnya juga akan robek. Dalam kasus ini, Prinsip Keseimbangan P/KP berlaku. Solusi atas permasalahan tersebut adalah dengan pengaturan keuangan secara baik. Pengaturan keuangan secara baik yang dimaksud adalah dengan mengalokasikan sebagian uang dari hasil ojek untuk perawatan motor karena tanpa motor, maka tidak akan ada uang.

Pengamatan yang telah penulis lakukan, hanya pada masyarakat di Desa Lengkeka, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso. Pengamatan yang terbatas tersebut tidak memungkinkan dilakukannya generalisasi untuk masyarakat Lembah Bada, karena Lembah Bada tidak terdiri dari hanya satu desa saja (Desa Lengkeka), melainkan terdiri dari beberapa desa di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Lore Barat dan Kecamatan Lore Selatan. Oleh karena itu, kondisi masyarakat yang telah diuraikan pada tulisan ini belum tentu sama dengan masyarakat di desa-desa lainnya di Lembah Bada.



Pustaka:
Covey, Stephen R. 2010. The 7 Habits of Highly Effective People. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher.

Rabu, 16 Juli 2014

Melakukan yang Kebalikannya...

sumber foto: pmkmipaugm.blogspot.com

Kehidupan ini begitu singkat. Kita hidup kemudian mati. Namun, hidup ini juga bisa tidak singkat, bagaikan sebuah permainan lari estafet. Kita berlari membawa sebuah tongkat, kemudian mengopernya (memberikannya) lagi ke orang lain.

Kehidupan ini dapat seperti permainan estafet jika kita mempunyai sebuah misi hidup yang panjang (besar). Sehingga kita membutuhkan regenerasi, kita membutuhkan orang lain di luar dari diri kita untuk meneruskan misi kita. Misi hidup yang panjang tidak mesti mengingkari adanya alam lain setelah kehidupan, jika misi tersebut berorientasi pada alam setelah kehidupan.

Menyangkut soal regenerasi terdapat beberapa cara yang berbeda, bahkan unik untuk setiap orang dalam mengoper (memberikan) tongkat estafetnya. Seseorang yang dulunya hidup sebagai gelandangan, masalah sehari-harinya masih berkutit pada masalah makanan, maka dalam mengoper tongkat estafetnya dia tidak akan membiarkan keturunannya seperti itu. Seseorang yang dulunya hidup sebagai orang yang kaya raya dan mendapatkan pelajaran kedisiplinan dan kehormatan namun hanya sebatas pengajaran bukan pendidikan, maka orang tersebut selanjutnya akan memberikan kebebasan kepada keturunannya. Sehingga implikasinya perhatian adalah suatu hal yang langka bagi keturunannya. Proses tersebut adalah salah satu hal yang unik dari proses pengoperan tongkat estafet.

Terkadang, seorang pengoper tongkat estafet melakukan kebalikan dari apa yang dialaminya saat berlari membawa tongkat, saat menjalani proses belajar dalam hidupnya kepada keturunannya. Hal tersebut karena orang tersebut telah belajar bahwa apa yang telah berbekas dalam proses kehidupannya tersebut adalah suatu hal yang tidak mengenakkan sehingga keturunannya tidak boleh merasakan apa yang telah dirasakannya dalam perjalanan hidupnya. Terkadang, seorang pengoper tongkat tidak bisa menyelesaikan misi hidupnya kemudian membebankannya kepada keturunannya sehingga tanpa sadar ia telah menemukan dirinya telah menjadi seorang diktator.

Sebuah generasi yang sukses, sebenarnya adalah kesuksesan generasi sebelumnya. Kesuksesan anak adalah kesuksesan orang tuanya. Kesuksesan murid adalah kesuksesan gurunya. Karena generasi sebelumnya atau pengoper tongkat estafetlah yang menciptakan (membentuk) generasi saat ini, baik secara sadar ataupun tidak sadar.

Pendidikan, regenerasi, bukanlah hal yang mudah. Kondisi generasi saat ini, adalah ciptaan dari generasi sebelumnya. Kondisi saat ini adalah keputusan yang telah dibuat baik secara sadar ataupun tidak sadar, di masa lalu. Kesimpulannya adalah saat menjadi pengoper tongkat estafet, kesadaran penuh bahwa kita adalah penentu kondisi di kemudian hari adalah hal yang utama.

Salam, semoga bermanfaat…

Rabu, 04 Juni 2014

Percabangan Ilmu dalam Arkeologi

  
sumber foto: http://nexlaip.wordpress.com/2012/07/23/akar-pohon/

Secara garis besar, ilmu terbagi menjadi dua: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu pengetahuan alam bersifat absolut sedangkan ilmu pengetahuan sosial sebaliknya, bersifat relatif.

Hingga abad ini, terdapat berbagai ilmu baik dari IPA maupun IPS. Beberapa di antaranya adalah Matematika, Geografi, Fisika, Kimia, Sosiologi, Antropologi dan Arkeologi. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi bercabang lagi, seperti halnya Matematika mempunyai cabang ilmu: mekanika, peluang, statistika, dll; Geografi mempunyai cabang ilmu: Oseanografi, Meteorologi, Klimatologi, Kartografi, Demografi, dan lain-lain; Fisika mempunyai cabang ilmu: Teknik elektro, kinematika, termodinamika, seismografi, dll. Percabangan ilmu tersebut didasarkan pada empat syarat ilmu, yaitu: obyektif, metodis, sistematis, dan universal. 
Obyektif adalah harus berdasarkan pada obyek. Sebuah ilmu harus mempunyai obyek. Obyek tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu: obyek material dan obyek formal. Dua buah ilmu bisa saja memiliki obyek material yang sama. Sebagai contoh, ilmu kedokteran dan sosiologi. Kedua ilmu tersebut memiliki obyek material yang sama, yaitu manusia. Obyek yang diteliti adalah manusia. Namun yang membedakan antara keduanya adalah obyek formalnya, yaitu sudut pandangnya. Ilmu kedokteran memandang manusia dari segi fisiknya sedangkan sosiologi memandang manusia dari segi interaksinya dengan manusia lain.

Metodis merupakan cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam ilmu. Selanjutnya, sistematis adalah langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan. Langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan atau penelitian harus tersistematis. Kemudian, universal yang berarti pengetahuan yang dihasilkan oleh ilmu harus bersifat umum, atau berlaku secara luas.

Adapun arkeologi adalah juga sebuah ilmu. Obyek material arkeologi adalah manusia dan budaya. Metode yang khas dari arkeologi adalah ekskavasi. Ekskavasi merupakan suatu kegiatan penggalian yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data. Data tersebut kemudian menjadi informasi mengenai masa lalu manusia.

Tidak hanya ilmu-ilmu lain, arkeologi pun memiliki percabangan. Cabang dalam arkeologi sekaligus menjadi indikasi bahwa arkeologi juga telah berkembang. Percabangan dalam arkeologi yang dimaksud adalah: arkeologi ruang, arkeoastronomi, etnoarkeologi, arkeologi klasik, arkeologi kolonial, arkeologi Islam, arkeologi sampah, arkeologi bawah air, arkeologi industri, arkeologi Marxisme, dan masih banyak lagi. Namun, secara garis besar, arkeologi terbagi menjadi dua, yaitu: arkeologi prasejarah dan arkeologi sejarah. Arkeologi parasejarah berfokus pada masyarakat dan periode saat belum dikenalnya tulisan sedangkan arkeologi sejarah mengacu pada penyelidikan kepurbakalaan yang dilakukan dalam serangkaian analisis tertulis (Sharer, Ashmore, 1993: 26). Adapun defenisi arkeologi sejarah menurut James Deetz (1997):

Historical archaeology studies the cultural remains of literate societies that were capable of recording their own history. In this respect it contrasts directly with prehistoric archaeology, which treats all of the cultural history before the advent of writing—millions of years in duration (dalam Funari, 2003: 2).

Menurut penulis, jika diklasifikasikan berdasarkan dua pembagian besar dalam arkeologi tersebut, maka cabang-cabang seperti: arkeologi klasik, arkeologi kolonial, dan arkeologi Islam termasuk dalam kategori arkeologi sejarah; dan cabang seperti arkeologi ruang termasuk dalam kategori arkeologi prasejarah. Terdapat perbedaan pola antara perbacabangan dalam arkeologi sejarah dan arkeologi prasejarah. Arkeologi sejarah memiliki pola rangkaian periode (masa klasik, masa kolonial, masa Islam) dalam percabangannya, sedangkan arkeologi prasejarah tidak memiliki pola percabangan.

Selain dua pembagian besar yang telah disebutkan, arkeologi juga memiliki dua pembagian berdasarkan tujuan. Tujuan yang dimaksud adalah tiga tujuan dalam arkeologi. Ketiga tujuan tersebut adalah merekonstruksi sejarah budaya, merekonstruksi cara-cara hidup, dan menggambarkan proses budaya. Jika suatu penelitian arkeologi memiliki tujuan tidak untuk tiga tujuan arkeologi, misal adalah untuk mengembangkan arkeologi dalam hal metode atau untuk memperkenalkan arkeologi, maka penelitian tersebut bertema arkeologi terapan. Jika suatu penelitian arkeologi memiliki tujuan berdasar pada tiga tujuan arkeologi, maka penelitian tersebut bertema arkeologi murni.

Berdasarkan pembagian tersebut, maka cabang ilmu yang tergolong dalam arkeologi terapan adalah: arkeologi publik dan musiologi. Arkeologi publik bertujuan untuk mempublikasikan arkeologi ke masyarakat. Musiologi bertujuan untuk mengelola data-data arkeologi pada museum. Inti dari pembagian arkeologi berdasarkan tujuan adalah tujuan dari penelitian.

Sejauh cabang-cabang arkeologi yang telah disebutkan, maka arkeologi terbagi menjadi: arkeologi klasik, arkeologi kolonial, arkeologi Islam, arkeologi ruang, arkeologi publik dan musiologi. Selain cabang tersebut, masih banyak lagi cabang ilmu dalam arkeologi. Namun, menurut penulis, banyak dari cabang-cabang arkeologi (selain yang telah disebutkan) masih hanya sebatas wacana. Perkembangannya hanya di luar negeri, belum berkembang di negara Indonesia.

Jumat, 16 Mei 2014

Jari Memang Tercipta untuk Keyboard

sumber foto: http://www.pusatgratis.com

Dalam dunia pembelajaran, terdapat tiga istilah yang mirip namun berbeda dan terkadang menimbulkan kekeliruan. Istilah yang dimaksud adalah pengajaran, pendidikan dan pelatihan. Pengajaran adalah suatu proses pemindahan ilmu atau materi dari guru ke murid yang cukup hanya untuk dimengerti atau dipahami saja. Pendidikan adalah suatu proses pemindahan ilmu atau materi dari guru ke murid dan ilmu atau materi tersebut tidak hanya sekedar untuk dimengerti atau dipahami saja, tetapi lebih dari itu. Murid harus menghayati ilmu atau materi tersebut dan dilaksanakan dalam perbuatan. Pelatihan adalah suatu proses pengasahan atau pengembangan diri untuk memperoleh suatu kemampuan atau keterampilan.

Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pengajaran adalah ilmu atau materi yang bersifat teori, seperti: teori kecerdasan buatan (Artificial Intelligent), teori-teori komunikasi, dan lain sebagainya. Ilmu atau materi tersebut cukup hanya untuk dimengerti atau dipahami saja. Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pendidikan adalah ilmu yang sering dikenal dengan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan lain sebagainya. Pendidikan Agama maupun Pendidikan Kewarganegaraan dalam prosesnya menuntut murid untuk melaksanakan apa yang telah disampaikan oleh guru. Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pelatihan adalah ilmu beladiri, seni, dan lain sebagainya. Untuk menguasai suatu keterampilan tertentu, murid harus berlatih

Proses belajar yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah proses berlatih untuk memperoleh keterampilan mengetik 10 jari. Dalam sebuah buku yang berjudul "The 8th Habit" karya Stephen Covey, dikatakan bahwa kita telah melewati tiga zaman dan sedang berada pada zaman keempat: zaman pekerja informasi/ pengetahuan. Ketiga zaman sebelumnya adalah zaman berburu dan mengumpulkan makanan, zaman bercocok tanam dan zaman industri. Pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan, setiap orang harus pandai berburu untuk bertahan hidup. Pada zaman bercocok tanam, setiap orang harus pandai bercocok tanam untuk bertahan hidup dan agar hasil yang diperoleh lebih baik dari zaman berburu dan mengumpulkan makanan. Pada zaman industri, orang-orang membangun pabrik dan mempekerjakan orang-orang lainnya agar hasil yang diperoleh lebih besar. Oleh karena itu, orang-orang berlatih untuk memperoleh keterampilan tertentu yang berhubungan dengan jenis suatu pabrik. Pada zaman pekerja informasi/ pengetahuan yang sedang dijalani ini, keterampilan berkomputer sebaiknya dimiliki, dan keterampilan yang termasuk dalam keterampilan dasar dalam berkomputer adalah mengetik dengan 10 jari (karena kita hanya memiliki 10 jari tangan).

Sebelum berlatih mengetik 10 jari, pemahaman terhadap keyboard sangat dibutuhkan. Terdapat berbagai macam keyboard, dan yang paling umum digunakan di Indonesia adalah Keyboard Qwerty. Nama tersebut diambil dari tata letak tombol huruf jika dibaca dari kiri ke kanan. Secara umum tombol keyboard terdiri dari tombol: simbol bendera (logo Windows), Esc (Escape), Tab (Tabulator), Shift, Alt (Alternative), Ctrl (Control), Enter,  F1 (Function1), F2 (Function2) hingga F12 (Function12), ScrLk (Scroll Lock), NumLk (Number Lock), Caps Lock (Capitals Lock), PrtSc (Print Screen), Ins (Insert), Del (Delete), Home, Pg Up (Page Up), Pg Dn (Page Down), End, tanda panah kiri, kanan, atas dan bawah, angka dari 0 hingga 9, huruf dari A hingga Z, tombol Space dan Backspace, serta tanda baca dan simbol-simbol sederhana. Walaupun fungsi-fungsi tombol keyboard yang telah disebutkan merupakan pengetahuan umum, namun dalam tulisan ini fungsi-fungsi tersebut akan dibahas untuk tujuan tertentu.

Tombol Escape berfungsi untuk membatalkan (Cancel) pilihan jika ada jendela pilihan yang muncul. Tombol Alternatif (Alt) berfungsi sesuai dengan namanya, yaitu sebagai alternatif bagi mouse. Jika mouse sedang rusak, maka keyboard dapat digunakan sebagai pengganti sementara, dan tombol yang akan banyak digunakan adalah tombol Alt. Tombol Control adalah sebuah tombol yang tidak dapat berfungsi sendiri. Tombol tersebut selalu berkombinasi dengan tombol-tombol lain yang kemudian diistilahkan dengan Shorcut Key. Scroll Lock, Number Lock, dan Caps Lock berfungsi sesuai dengan namanya, yaitu untuk mengunci. Scroll Lock berfungsi untuk mengunci fungsi scroll pada layar, Number Lock berfungsi untuk mengunci tombol nomor, dan Caps Lock berfungsi untuk mengunci agar tombol-tombol huruf menjadi huruf kapital. Tombol Print Screen (PrtSc) berfungsi untuk mencetak atau menyimpan gambar yang sedang tampil pada layar komputer. Tombol Insert berfungsi untuk menukar karakter. Tombol Delete berfungsi untuk menghapus karakter di sebelah kanan/depan "I Beam". Tombol Backspace yang merupakan kebalikan dari tombol Space berfungsi untuk menghapus karakter di sebelah kiri/belakang "I Beam". Walaupun memiliki kemiripan, tombol Backspace dan Delete memiliki perbedaan yang signifikan. Saat sedang berada pada jendela folder (Windows Explorer), Backspace berfungsi sebagai tombol navigasi "Back" sedangkan tombol Delete berfungsi untuk menghapus file atau folder.

Selain fungsi-fungsi tombol keyboard satu per satu, terdapat juga fungsi-fungsi tombol kombinasi yang biasa disebut Shorcut Key. Beberapa shortcut key yang biasa digunakan adalah: Alt + Tab, tombol logo Windows + Tab, tombol logo Windows + D, Ctrl + Shift + Esc, Alt + F4, Ctrl + C, Ctrl + X, Ctrl + V, Ctrl + S, Ctrl + P, dan lain sebagainya. Jika terdapat beberapa jendela yang sedang berjalan, maka dapat digunakan Shorcut Key: "Alt + Tab" atau "logo Windows + Tab". Shorcut Key tersebut berfungsi untuk mengefisiensikan perpindahan dari jendela satu ke jendela lain. Perbedaan antara kedua shortcut key tersebut hanyalah dari tampilan. Shorcut Key "Logo Windows + D" berfungsi untuk kembali ke tampilan Desktop secara cepat. "Ctrl + Shift + Esc" berfungsi untuk membuka jendela Task Manager. "Alt + F4" berfungsi untuk menutup jendela, dan apabila sedang berada pada tampilan desktop kemudian menekan shortcut key tersebut, maka kita akan masuk pada menu shut down. Ctrl + C untuk menggandakan, Ctrl + X untuk memotong atau memindahkan, Ctrl + V untuk menempel (paste), Ctrl + S untuk menyimpan, dan Ctrl + P untuk mencetak (print).

Mengetik 10 jari adalah sebuah keterampilan yang diperoleh dengan cara berlatih dan tingkat penguasaan keterampilan tersebut akan sangat bergantung pada tingkat kemauan yang dimiliki. Kemauan untuk memiliki keterampilan mengetik 10 jari dapat didasari oleh satu alasan, yaitu dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan menulis/mengetik. Orang yang memiliki keterampilan mengetik 10 jari akan sangat berbeda dengan yang tidak memilikinya. Jika pembaca adalah salah seorang yang memiliki keterampilan mengetik 10 jari, maka pernyataan penulis tersebut pastilah dibenarkan. Dengan memiliki keterampilan mengetik 10 jari, pekerjaan yang dilakukan selama seharian, dapat diselesaikan hanya dalam 5 jam. Intinya, keterampilan mengetik 10 jari dapat lebih menghemat waktu.

Keterampilan mengetik 10 jari memang sulit untuk diperoleh, karena selain harus memiliki kemauan, dibutuhkan juga latihan yang konsisten. Dalam agama Islam diajarkan bahwa Allah SWT lebih menyukai pekerjaan yang sedikit tapi konsisten. Latihan mengetik 10 jari dapat dilakukan dengan perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, namun konsisten.

Sebenarnya, pembaca dapat memiliki atau mungkin membuat sendiri keyboard yang sesuai dengan keinginan kita. Huruf S berada pada urutan pertama, huruf A berada pada urutan kedua, dan seterusnya. Tapi penulis rasa, itu adalah hal yang rumit, jika kita bukan ahli elektronika. Jadi kita sebaiknya beradaptasi dengan lingkungan (keyboard).

Keyboard pada umumnya terdiri dari 3 baris dan 10 kolom untuk tombol-tombol huruf dan beberapa tanda baca. Kolom pertama adalah karakter Q, A, Z; kolom ke dua adalah karakter W, S, X; kolom ketiga karakter E, D, C; kolom keempat karakter R, F, V; kolom kelima karakter T, G, B; kolom keenam karakter Y, H, N; kolom ketujuh karakter U, J, M; kolom kedelapan karakter I, K, tanda koma (,); kolom kesembilan O, L, titik (.); dan kolom kesepuluh P, titik koma (;), garis miring (/). Dengan tata letak karakter-karakter tersebut, maka jari-jemari harus beradaptasi dengan cara melakukan pembagian wilayah kekuasan pada setiap jari yang dimiliki.

Tangan kiri memiliki wilayah kekuasaan pada kolom pertama hingga kelima dan tangan kanan pada kolom keenam hingga kesepuluh. Pada tangan kiri, jari kelingking memiliki wilayah kekuasaan pada kolom pertama, yaitu karakter Q, A, Z; jari manis memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kedua, yaitu karakter W, S, X; jari tengah memiliki wilayah kekuasaan pada kolom ketiga, yaitu E, D, C; jari telunjuk memiliki wilayah kekuasaan pada kolom keempat dan kelima, yaitu R, F, V, dan T, G, B. Pada tangan kanan, jari telunjuk memiliki wilayah kekuasaan pada kolom keenam dan ketujuh, yaitu Y, H, N, dan U, J, M; jari tengah memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kedelapan, yaitu I, K, tanda koma (,); jari manis memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kesembilan, yaitu O, L, tanda titik (.); jari kelingking memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kesepuluh, yaitu P, tanda titik koma (;), garis miring (/).

Adapun ibu jari pada kedua tangan memiliki wilayah kekuasaan pada tombol spasi. Hal tersebut menjelaskan mengapa ukuran tombol Spasi lebih panjang dari tombol-tombol lainnya. Selain itu, di kiri dan kanan juga terdapat tombol Shift. Tombol Shift di sebelah kiri adalah tanggung jawab tangan kiri, dalam hal ini jari kelingking, dan digunakan saat ingin mengkapitalkan atau mengganti karakter wilayah kekuasaan tangan kanan, sedangkan tombol Shift di sebelah kanan adalah tanggung jawab tangan kanan, dalam hal ini jari kelingking, dan digunakan saat ingin mengkapitalkan atau mengganti karakter wilayah kekuasaan tangan kiri.

Butuh waktu agar kesepuluh jari beradaptasi dengan wilayah kekuasaannya masing-masing. Metode atau strategi latihan dapat diciptakan sendiri. Penulis sendiri, berlatih mengetik 10 jari secara autodidak sambil berbisnis (Terima Ketikan Komputer). Belajar sambil berbisnis adalah hal yang beresiko namun strategi tersebut dapat mempercepat proses latihan karena keterampilan mengetik 10 jari adalah hal yang harus dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dari pelanggan. Pada awalnya beberapa dari pelanggan tidak senang dengan hasil kerja penulis karena tidak tepat waktu. Setelah berpengalaman dalam mengetik bahan-bahan dari pelanggan, seperti surat, skripsi, koran, dll, alhasil keterampilan mengetik 10 jari pun dapat penulis miliki, dan hasil kerja pun selalu tepat waktu. 

Apabila keterampilan mengetik 10 jari telah dimiliki, pengerjaan tugas kuliah akan lebih mudah dan cepat, kejahatan akademik: copy-paste pun akan cenderung tidak terjadi, dan masih banyak lagi manfaatnya. Ketika telah memiliki keterampilan mengetik 10 jari, kita akan menikmati kegiatan yang bernama mengetik. Kita dapat mengetik tanpa melihat keyboard, sehingga kita dapat melakukan hal lain, seperti menonton televisi atau berbicara dengan orang lain misalnya. Saat itulah kita akan berucap dalam hati: "JARI MEMANG TERCIPTA UNTUK KEYBOARD".

Selasa, 13 Mei 2014

Mengatasi Keresahan Malam Hari

 sumber foto: http://iwak.info

Malam ini begitu sunyi. Sekarang sudah hampir pukul 1. Sebagian orang memanfaatkan waktu seperti saat ini untuk tidur, yang lain memanfaatkannya untuk belajar, sebagian lainnya memanfaatkannya untuk bersenang-senang dan sebagian lainnya lagi memanfaatkannya untuk menulis.

Malam hari merupakan fenomena alam yang mengajarkan kita arti keadilan. Bukan hanya kita yang membutuhkan cahaya, tapi orang lain di belahan bumi lain juga membutuhkannya. Bumi berputar untuk mengajarkan kita arti keadilan.

Sekarang sudah pukul 1 lewat 20 menit. Itu artinya waktu telah berlalu sekitar 20 menit dan ide pun belum muncul di kepala. Hal tersebut menandakan bahwa ide adalah sesuatu yang tidak mudah didapatkan. Oleh karena itu, patutlah kiranya jika kita menghargai ide yang muncul di kepala kita. Kita tidak boleh membuang ide kita begitu saja tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. Ide butuh untuk dihargai.

Sekarang sudah pukul 1 lewat 30 menit. Waktu telah berlalu 10 menit. Waktu adalah sesuatu yang berharga. Kita harus menggunakannya sebaik mungkin, karena kita tidak bisa mengendalikannya. Kita dapat menjinakkan hewan, membudidayakan tumbuhan, tapi kita tidak bisa mengendalikan waktu. Begitu berharganya waktu sehingga kita tidak diberi kuasa untuk mengendalikannya.

Sekarang pukul 1 lewat 50 menit, ide telah muncul. Cobalah sejenak kita memikirkan laut di kala malam hari. Gunakanlah imajinasi untuk dapat berada di laut saat ini dan berfikir untuk mencoba menyelam ke dalamnya. Begitu menakutkan, begitu menegangkan. Saat kita berada di dalam laut, maka tidak ada cahaya, sedangkan di samping kiri kanan kita ada ikan hiu dengan gigi-giginya yang tajam yang siap untuk memangsa kita. Jika kita sungguh berada di laut pada malam hari, beranikah kita untuk menyelam ke dalamnya ?

Ide yang baru saja muncul adalah mengenai laut di kala malam hari. Begitu hebatnya otak ini, sehingga dengan hanya memikirkan laut di kala malam hari, maka dengan cepat hal lain yang berhubungan dengan hal tersebut muncul. Hal yang dimaksud adalah pemikiran orang dahulu.

Zaman dulu, orang-orang berfikir secara mitologi. Penyebab guntur, penyebab gempa, penyebab hujan, semua itu datangnya dari dewa. Dahulu kala orang-orang percaya akan adanya dewa. Sehingga mereka harus melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati dewa. Mereka takut terhadap dewa, mereka takut terhadap alam.

Zaman prasejarah mesolitik, orang-orang tidak berani berada di luar rumah saat malam hari karena pada saat malam hari, tidak ada cahaya. Sebelum matahari terbenam, mereka segera masuk ke dalam rumah, mereka berhenti beraktifitas. Waktu terus berlalu, dan mereka menemukan alternatif cahaya, yaitu api. Mereka telah menemukan api.

Ketakutan terhadap malam hari pun hilang. Paradigma mereka mengenai malam hari telah berubah. Mereka mulai menemukan keindahan di kala malam hari, yaitu memandangi bulan dan bintang-bintang yang bergelantungan di langit.

Ketakutan penulis terhadap laut di kala malam hari sama halnya dengan ketakutan yang dialami oleh orang-orang dulu untuk keluar rumah pada malam hari sebelum ditemukannya api. Ketakutan dapat ditaklukkan dengan pengetahuan dan keberanian. Saat kita memberanikan diri untuk menyelam ke dalam laut di kala malam hari dan tidak ada ikan hiu di samping kiri kanan kita, maka ketakutan terhadap laut di kala malam hari akan hilang. Saat kita memperoleh pengetahuan tentang ikan hiu, maka ketakuan terhadapnya akan hilang dan kita akan berani mendekatinya.

Begitu hebatnya otak ini, dengan hanya memikirkan suatu hal, maka hal lain yang berhubungan akan terfikirkan. Kita hanya perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara hal-hal tersebut.

Sekarang sudah pukul 2 lewat 48 menit. Sebenarnya tulisan ini muncul karena keresahan penulis akan aktivitas-aktivitas yang telah penulis lakukan. Apakah aktivitas yang telah dilakukan selama seharian sudah produktif ? Apakah aktivitas yang telah dilakukan selama seharian sudah berkualitas ? Sehingga dalam waktu memikirkan hal-hal tersebut, ide untuk menulis muncul. Tulisan ini ditulis apa adanya, untuk menghilangkan keresahan akan hal-hal tersebut.

Senin, 05 Mei 2014

Perubahan Paradigma

Sumber gambar: University of Harvard

Ada banyak pengertian paradigma menurut para ahli. Tapi katanya, paradigma itu berasal dari bahasa Yunani, digunakan dalam istilah ilmiah. Saat ini, kata paradigma digunakan secara umum. Mengutip sebuah defenisi, seperti halnya defenisi paradigma, haruslah dengan cara berfikir historis yaitu dengan mencari asal kata tersebut untuk menghormati orang yang telah menemukan kata tersebut. Tapi, untuk tujuan tulisan ini, maka dalam tulisan ini paradigma didefenisikan sebagai gambaran tentang dunia.

Teringat dengan Oprah Winfrey yang mengatakan bahwa untuk merubah kehidupan kita, maka kita harus merubah sikap kita. Hal tersebut memang benar, tapi Stephen R Covey mengatakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita adalah paradigma. Oleh karena itu, untuk merubah kehidupan kita, maka hal yang harus dirubah adalah paradigma. Paradigma adalah dasar dari sebuah sikap atau tindakan. Inilah yang menggerakkan kita. Inilah yang membuat kita menyalahkan kondisi saat kita dalam kesulitan. Inilah yang membuat kita proaktif ketika kita dalam kesulitan. 

Tiap orang memiliki paradigma yang berbeda-beda terhadap dunia. Hal tersebutlah yang unik dari hidup ini. Kita boleh berbeda paradigma akan tetapi kita tidak boleh mengatakan bahwa paradigma sayalah yang benar. Kita hanya dapat mempertahankan paradigma kita dengan tetap terbuka terhadap paradigma orang lain.

Ada sebuah fakta yang unik mengenai paradigma. Fakta ini terjadi pada abad pertengahan, mengenai penyakit. Pada kala itu, orang-orang memiliki paradigma bahwa penyebab penyakit berada di dalam darah. Oleh karena itu, jika seseorang menderita sebuah penyakit, maka keluarkan darahnya dengan cara disedot. Bagaimanakah jadinya jika paradigma tersebut masih digunakan hingga abad ini. Bagaimanakah jadinya jika darah di dalam tubuh terlalu banyak disedot. Masa setelahnya, paradigma mengenai penyakit berubah melalui sebuah penemuan ilmiah. Penyebab penyakit adalah kuman. Paradigma tersebutlah yang mengubah tindakan para dokter dalam menangani pasiennya. Para dokter tidak lagi menyedot darah jika seseorang sakit.

Hal tersebut diistilahkan dengan perubahan paradigma oleh Thomas Kuhn. Ia memperlihatkan bahwa hampir setiap penemuan penting (seperti halnya penemuan kuman di atas) berawal dari pemutusan terhadap paradigma lama. Mari kita mengambil sebuah contoh lagi pada masa kejayaan Kristen. Pada masa berkuasanya gereja terhadap sebuah negara. Sebelumnya, paradigma terhadap alam semesta adalah pusat alam semesta adalah bumi. Namun, timbul paradigma baru yang diciptakan oleh Copernicus. Ia mengatakan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Paradigma baru tersebut membuat ia dihukum oleh pemerintah. Fakta tersebut menandakan bahwa paradigma adalah suatu hal yang kuat.

Perubahan paradigma dapat mengarahkan kita ke arah positif atau negatif. Seperti halnya jika kita memiliki paradigma bahwa yang menyebabkan kondisi saya seperti sekarang ini adalah orang tuaku yang tidak mendidikku dengan baik, atau yang menyebabkan kondisi kita seperti sekarang ini adalah karena pemerintah yang tidak bijaksana dalam menerapkan keputusan-keputusannya. Melalui paradigma tersebut, kita akan terus dirasuki dengan fikiran negatif, akan terus menyalahkan kondisi, menyalahkan apa yang ada di luar diri kita tanpa lupa untuk berbenah diri. Namun jika kita memiliki paradigma bahwa kita sendirilah yang harus bertanggung jawab terhadap fikiran dan perasaan kita, maka kita tidak akan menyalahkan apa yang berada di luar diri kita. Kita tidak akan menyalahkan kondisi. Kita akan bersikap proaktif bukan reaktif.

Perubahan paradigma dapat terjadi secara spontan atau bertahap. Sebagai contoh perubahan paradigma secara spontan adalah penerapan hukum Islam. Jika seseorang dipergok mencuri, maka tangannya akan dipotong, dan hal tersebut dipertontonkan di depan umum. Hal tersebut besar kemungkinan akan secara langsung (spontan) merubah paradigma si pelaku, dan juga orang-orang yang menyaksikan hukuman tersebut, bahwa mencuri itu tidak baik. Tapi hal tersebut tidak akan terjadi karena negara kita mengadopsi hukum dari Belanda, hukum penjara. Saya sendiri juga sepertinya memilih menjadi kura-kura yang bersembunyi di dalam tempurung (pura-pura tidak tau) terhadap hukum Islam ini. Saya sendiri juga mual jika melanjutkan tulisan ini membahas mengenai hukum Islam terhadap orang-orang yang berbuat kriminal. Oleh karena itu, mari kita ganti topik (lanjut).

Menggambarkan perubahan paradigma secara bertahap, terdapat sebuah istilah: kontinum kematangan. Kontinum kematangan, menggambarkan proses dari paradigma ketergantungan ke paradigma kemandirian lalu ke paradigma kesalingtergantungan. Pada awalnya, kita bergantung terhadap orang lain akan kehidupan kita. Masa itu adalah pada saat kita bayi. Tanpa orang tua, kita tidak akan bertahan lama untuk hidup. Seiring bertumbuhnya kita, secara psikologi, emosi dan fisik, kita mulai sadar bahwa kitalah yang harus bertanggung jawab atas fikiran dan perasaan kita, kita sendirilah yang harus bertanggungjawab atas kehidupan kita. Oleh karena itu, kita mulai untuk mencari nafkah sendiri, mencuci baju sendiri, memasak sendiri, dan semuanya serba sendiri. Setelah masa itu, kita bertumbuh dewasa, menjadi matang, mulai sadar akan hukum alam, hukum kausalitas. Hukum tersebut juga berlaku terhadap hubungan antar manusia. Jika kita bertindak sesuatu pasti akan menghasilkan dampak atau akibat terhadap orang lain. Kita mulai sadar, bahwa kita membutuhkan orang lain dan orang lain juga membutuhkan kita untuk saling bekerja sama, agar hasil yang kita peroleh dapat lebih maksimal dibandingkan jika kita sendiri.

Ada pepatah yang berbunyi: “Cara terbaik untuk belajar adalah mengajar”. Tulisan ini adalah berdasarkan pada hasil belajar penulis terhadap buku yang berjudul “The 7 Habits of Highly Effective People”, yang baru penulis baca sampai pada kebiasaan 1: Jadilah Proaktif. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan proses pembelajaran penulis. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Jumat, 25 April 2014

Masalah Kita

Sebuah Playstation, awal dari kesadaranku bahwa teknologi telah berkembang. Saat itu, saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Orang tuaku membeli sebuah Playstation 1 buat saya dan saudara(i)ku di rumah. Saat itu, Playstation adalah sebuah teknologi yang populer di lingkungan tempatku tinggal.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, Playstation adalah sebuah teknologi untuk hiburan. Berbagai permainan dapat dimainkan dengan Playstation, seperti permainan bertemakan adventure (seperti: Legend of Legaia, Suikoden, Final Fantasy), action (seperti: Delta Force, Fighting Force, Medal of Honor), fighting (seperti: Guilty Gear, Bloody Roar, Tekken), dan tema-tema lainnya. Hal tersebut tentunya sangat menarik dan menghibur. Namun, dampak buruknya lebih besar. Saya masih ingat perkataan ayahku: “Jangan sampai diperbudak oleh teknologi !”. Perkataan ayahku itu ada benarnya. Saya melihat orang-orang duduk berjam-jam di depan Playstation, karena mereka memang telah diperbudak oleh teknologi, dan salah satu dari mereka adalah saya. Masa kepopuleran Playstation itulah awal dari kesadaranku bahwa memang teknologi telah berkembang.

Tidak hanya Playstation, dalam dunia publikasi, teknologi juga telah mengalami perkembangan. Saya masih ingat, ketika itu saya masih berada di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saat itu adalah masa kepopuleran internet yang disediakan oleh warung-warung yang dikenal dengan istilah warung internet atau warnet. Namun, lagi-lagi dampak buruk teknologi lebih besar bahkan sangat mengkhawatirkan. Memang, dengan internet kita dapat terhubung dengan orang-orang dari berbagai budaya, berbagai bahasa, bahkan untuk mencari jodoh. Namun dengan internet, akses terhadap pornografi menjadi mudah.

Orang-orang menjadi mudah mengakses pornografi, bahkan tanpa dicari sekalipun. Pada situs-situs bertemakan download gratis juga pornografi dapat terakses. Pada situs tersebut, saat kita mengklik tombol download, terkadang kita dialihkan (redirecting) secara otomatis ke sebuah halaman yang bergambar porno. Kemudahan akses pornografi tersebut menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan, utamanya pada anak-anak, dan kekhawatiran tersebut telah menjadi realita.

Mengutip dari sebuah buku yang berjudul “Nikah”, terdapat sekumpulan anak-anak berumuran kelas 4 – 6 SD yang didampingi oleh para konselor remaja. Tujuan dari pendampingan tersebut adalah untuk membantu anak-anak tersebut menghadapi masa-masa pubertasnya. Namun sungguh mengejutkan tatkala mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Saya masih ingat sewaktu masih kecil dulu (seperti mereka), yang menjadi topik bahasan saat berkumpul dengan teman-teman adalah permainan-permainan dalam Playstation, film-film kartun, dan sedikit soal pelajaran. Namun pertanyaan-pertanyaan yang anak-anak tersebut ajukan kepada para konselor remaja sungguh mengejutkan. Pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan adalah: “Bagaimana cara ngesex yang baik ?”, “Berapa kali seminggu dalam melakukan sex ?”, “Puaskah memakai alat kontrasepsi ?”, “Bagaimana memasukkan penis yang baik dan benar ?”, “Bagaimana melayani cewek yang gila sex ?”. Fenomena tersebut adalah akibat dari mudahnya akses terhadap pornografi. Kemudahan akses pornografi telah menjadi masalah yang serius hingga saat ini.

Memang, hawa nafsu seks adalah naluri dasar manusia. Namun, beriringan dengan hal tersebut, kita juga diberi akal agar tidak melampaui batas. Mengutip perkataan Prof.Dr.Mutjaba Musawi Lari yang mengatakan bahwa: “Di awal kehidupan ini, setiap orang meyakini dalam hatinya bahwa kesucian dan penahanan hawa-nafsu dalam hal seks memiliki nilai moral tersendiri dan pelampauan nilai moral tersebut akan menyebabkan degradasi moral. Namun kebenaran ini perlahan-lahan telah dilupakan atau bahkan sengaja dimusnahkan dari keyakinan hati nurani manusia dengan cara berbagai perusakan”. Degradasi moral yang dimaksud tersebut telah terbukti di negara-negara barat. Negara-negara barat yang menganut paham liberal, paham yang mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, telah mengalami degradasi moral. Negara-negara tersebut adalah negara maju dalam hal teknologi dan sains, namun banyak penyimpangan seksual yang terjadi. Mengutip data dari sebuah buku dikatakan bahwa: “Data statistik tahun 1957 menunjukkan bahwa angka kelahiran di luar nikah di AS sebanyak 200.000 kelahiran. Dalam waktu dua puluh tahun, meningkat sebesar 5%” (Jurnal Teheran dalam Musawi Lari, 2010: 62-63). Fenomena selanjutnya, “Angka aborsi setiap tahunnya di AS lebih dari 1.000.000. Sebanyak 65% dari total seluruhnya disebabkan hubungan bebas di luar ikatakan perkawinan dan 50% di antaranya dikarenakan masih gadis belasan tahun yang belum menikah” (Black, White No.380 dalam Ibid, hlm.63). Hal tersebut menandakan bahwa perkembangan teknologi tidak berbanding lurus dengan peningkatan moral.

Mengenai hal tersebut, Stephen R Covey dalam bukunya yang berjudul “The 8th Habbit” mengatakan bahwa dalam beberapa tahun ke depan, bukan penemuan-penemuan teknologi yang akan mengisi sejarah kita, namun lebih kepada perubahan dalam hal moralitas. Jika melihat perkembangan kita, maka perkembangan dalam hal teknologi dapat dikatakan perkembangan yang sungguh mengagumkan sehingga patut tertulis dalam catatan sejarah kita. Sebagai contoh: telepon genggam (HP). Sebelum adanya HP, orang-orang menulis surat kemudian mengirimnya dengan menggunakan jasa kantor pos sehingga untuk sampai ke tujuan, kita harus menunggu relatif lama. Namun setelah ditemukannya HP, untuk mengirim surat, kita hanya cukup dengan mengirim SMS ke alamat tujuan yang hanya membutuhkan waktu singkat untuk pesan tersebut sampai ke penerima. Contoh lain adalah komputer mobile (laptop). Sebelum adanya laptop, kita hanya dapat bekerja (mengetik) di rumah, namun dengan adanya laptop, kita telah dapat bekerja (mengetik) secara mobile (seperti halnya kita dapat menginput data di lapangan). Perkembangan teknologi tersebut patut tertulis dalam sejarah kita, akan tetapi karena sangat terasanya perubahan moral, maka sejarah perkembangan teknologi tersebut ditenggelamkan oleh sejarah perubahan moral.

Mengutip perkataan Dr. Randall F.Hyde, Ph.D, seorang psikolog senior Amerika: “Percayalah pornografi adalah suatu bencana yang kami sendiri keteteran. Negara kami dapat mempersiapkan perang, dengan senjata dan tentara. Negara kami bisa menghadapi penyakit dengan temuan obat-obat dengan penelitian ilmuwan kami. Tapi untuk pornografi, percayalah, pada awalnya kami tidak siap dan tidak tahu cara apa yang harus dilakukan untuk melawannya”. Perkataan psikolog senior Amerika tersebut menekankan bahwa pornografi memang adalah masalah serius. Banyak dampak negatif yang diakibatkan olehnya. Dalam beberapa artikel di website-website yang membahas soal pornografi, dijelaskan secara rinci dampak buruk pornografi. Berdasarkan artikel-artikel tersebut, pornografi akan berdampak pada hormon Dopamine, hormon Neuropiniphrin, hormon Serotonin, dan hormon Oksitosin yang terdapat dalam tubuh. Ketika hormon-hormon tersebut telah terjangkit oleh pornografi, maka kemungkinan besar akan terjadi penyimpangan seksual, sesuai dengan tujuan (produk akhir) dari pornografi.

Kesimpulan dari tulisan ini adalah ingin menyampaikan bahwa perkembangan atau kemajuan teknologi tidak berbanding lurus dengan peningkatan moral. Walaupun negara-negara maju (seperti AS) telah mengalami kemajuan teknologi, namun perkembangan/ kemajuan tersebut tidak memberi efek terhadap moral, bahkan menurunkan moralitas penggunanya. Kita dapat menarik nafas legah, karena hal tersebut hanya terjadi di negara-negara maju, tidak di negara-negara berkembang seperti negara kita, Indonesia.

Selasa, 04 Maret 2014

BENUA


Sebagaimana yang kita pahami bersama, benua atau yang bahasa Inggrisnya continent adalah daratan yang sangat luas. Luas daratan di bumi ini mencapai 148.940.000 km2 atau 29,2% dari luas bumi. Masih banyak misteri yang belum terungkap dari bumi ini. Karena rasa ingin tahunya, orang-orang meneliti bumi yang sangat luas ini. Karena akalnya, maka muncullah berbagai ilmu yang ‘hanya’ untuk mempelajari bumi ini. Ilmu yang paling umum adalah geografi, yang berasal dari kata geo dan graphien. Sebagaimana yang kita pahami bersama, terdapat berbagai cabang dari ilmu geografi, yaitu geografi fisik, geografi manusia, geografi teknik dan geografi wilayah. Geografi fisik, ilmu geografi yang mengkhususkan diri pada fisik bumi, yaitu: litosfer (kerak bumi atau lapisan terluar bumi), hidrosfer (air), atmosfer (udara) dan biosfer (lingkungan hidup). Pengkhususan litosfer terbagi menjadi geomorfologi, geologi, dan ilmu tanah. Pengkhususan hidrosfer terbagi menjadi hidrologi (siklus air) dan oseanografi (samudra). Pengkhususan atmosfer terbagi menjadi meteorologi (cuaca) dan klimatologi (iklim). Pengkhususan biosfer terbagi menjadi zoogeografi dan fitogeografi. Geografi manusia, ilmu geografi yang mengkhususkan diri pada manusia dan terbagi menjadi lima, yaitu: geografi ekonomi, geografi sosial, geografi politik, geografi industri dan demografi (kependudukan). Geografi teknik, terbagi menjadi kartografi (ilmu mengenai peta) dan pengindraan jauh. Geografi wilayah, terbagi menjadi tiga, yaitu geografi desa, geografi kota dan geografi regional. 

Sungguh pengetahuan-pengetahuan yang telah diperoleh para ahli masih belum mencukupi buktinya. Beberapa ahli telah menggagas idenya tentang proses terjadinya bumi. Para ahli tersebut adalah Alfred Wegener, Descartes, Eduard Suess, dan James Dana. Alfred Wegener menggagas bahwa bumi ini dahulu hanya terdiri dari satu benua, yaitu benua Pangaea (yang artinya keseluruhan bumi). Benua tersebut kemudian mengembang, berpisah, sehingga daratan bumi terlihat seperti yang ada sekarang. Gagasan itu berdasar pada garis pantai benua (sub kontinen), seperti Afrika, Amerika, Australia, India dan Antartika, yang memiliki keserasian. Layaknya sebuah permainan puzzle, jika benua-benua tersebut saling didekatkan, maka akan terlihat satu kesatuan daratan. Descartes menggagas bahwa bumi ini mengalami penyusutan karena perubahan suhu dari panas menjadi dingin. Perubahan suhu tersebut yang menyebabkan terjadinya gunung-gunung. Eduard Suess menggagas bahwa bumi dahulu terdiri dari dua benua, yaitu Laurasia dan Gondwana (hasil pengembangan dari benua Pangaea). Gagasan ini merupakan pengembangan dari gagasan Alfred Wegener. James Dana menggagas bahwa bentang alam bumi terbentuk dari pelapukan dan erosi. Bumi ini sangatlah luas, sehingga usaha untuk membuat teori seperti yang telah diusahakan para ahli haruslah disertai dengan fakta-fakta atau dasar-dasar yang sangat banyak, tidak hanya seperti yang dipaparkan para ahli (pendapat pribadi penulis). Selain itu, terdapat perihal mengenai asal bumi di dalam Al-qur’an, yaitu bumi ini berasal dari air. 

Adapun gagasan yang unik, hanya bersifat candaan yang cukup menggelikan dalam tulisan ini, mengenai proses terbentuknya benua. Gagasan ini juga berdasar pada gagasan Alfred Wegener. Penyebab terbentuknya benua seperti sekarang ini adalah ulah seekor tupai yang berniat untuk hanya sekedar meletakkan kacangnya di atas daratan (Pangaea). Namun, ternyata kacang itu diletakkan pada titik paling rapuh bumi sehingga dari titik paling rapuh itu, daratan terbelah. Tupai itu pun terjatuh bersama kacangnya pada kedalaman bumi, hingga inti bumi. Saat sampai di inti bumi, kacangnya menggelinding dan tupai itu pun mengejarnya sehingga inti bumi berputar-putar. Berputar-putarnya inti bumi kemudian membuat daratan menjadi terbelah-belah, mengembang. Karena tidak ingin berpisah dengan sumber makanannya, para Jerapa menggigit makanannya itu agar mereka tidak berpisah dari sumber makanannya. Akan tetapi karena gerakan terbelahnya bumi sangat kuat, maka para Jerapa akhirnya berpisah dari makanannya dan lehernya menjadi panjang saat mempertahankan makanannya itu (teori mengapa leher Jerapa panjang). Gagasan ini dapat dilihat pada film Ice Age 4. Pada awalnya, penulis bertanya dalam hati: apa menariknya film itu? Mengapa film itu dapat menjadi film yang ditayangkan di bioskop? Film-film bioskop kan film-film yang bagus. Namun, setelah menonton film tersebut dua kali, pertanyaan penulis akhirnya terjawab. Ice Age 4 adalah mungkin sebuah film yang bersifat saintis (ilmu pengetahuan alam) yang dikemas dalam bentuk humoris. Sepertinya ada pesan-pesan yang secara tidak langsung disampaikan melalui film tersebut. Jika tidak teliti, sifat saintis dari film itu kemungkinan tidak didapatkan. Film Ice Age 4 inilah yang memunculkan ide tulisan yang berjudul benua ini. 

Musim, Cuaca dan Iklim 

Tanpa ke luar angkasa pun, kita dapat mengetahui bahwa bumi berbentuk bola (bulat), tidak berbentuk bulat sempurna, posisinya di galaksi tidak berdiri tegak melainkan miring 23,5°, berotasi dan berrevolusi berlawanan arah jarum jam atau dari arah barat ke timur, dan lain-lain. Semua pengetahuan itu berkat penelitian-penelitian yang memiliki sejarah yang cukup panjang oleh para ahli. 

Untuk mempelajari bumi, para ahli memberi garis khayal pada bumi, yaitu garis lintang (horizontal) dan garis bujur (vertikal). Perbedaan keletakan garis bujur dari suatu daratan menyebabkan perbedaan waktu sedangkan perbedaan keletakan garis lintang menyebabkan perbedaan musim dan iklim. Posisi bumi terhadap matahari menyebabkan terjadinya perbedaan musim dalam satu tahunnya (satu putaran bumi mengelilingi matahari atau satu kali revolusi). Karena negara Indonesia berada pada garis lintang 0°, maka negara tersebut ataupun daratan-daratan lain, menerima panas dari bumi secara tegak lurus, sehingga hanya terdapat 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Posisi bumi terhadap matahari pun mengakibatkan terjadinya perbedaan iklim (keadaan cuaca dalam lingkup daerah yang cukup luas selama kurang lebih 30 tahun), yaitu iklim tropis pada 23,5° LU sampai 23,5° LS, iklim sub tropis pada 23,5° LU sampai 40° LU dan 23,5° LS sampai 35° LS, iklim sedang pada 40° LU sampai 60,5° LU dan 35° LS sampai 66,5° LS, iklim dingin yang berada pada kedua kutub bumi. 

Cuaca adalah kondisi udara suatu daerah (tidak luas) dalam jangka waktu satu hari (bumi berotasi satu kali 360°). Selain penyebab posisi bumi terhadap matahari (iklim matahari), kondisi spesifik suatu daratan juga memberi pengaruh terhadap cuaca (iklim fisis), yaitu iklim lautan, iklim dataran rendah, iklim dataran tinggi dan iklim gunung. Selain pembagian iklim tersebut, para ahli juga mengklasifikasikan iklim yang salah satunya adalah berdasarkan curah hujan (Schmidt –Ferguson). Dalam klasifikasi Mohr, bulan diklasifikasikan berdasarkan jumlah curah hujan hariannya (banyaknya hujan yang jatuh pada bumi dalam satu hari). Jika dalam satu bulan, hujan yang jatuh ke suatu daerah jumlahnya adalah lebih kecil dari 60 mm, maka bulan tersebut dikatakan bulan kering karena jumlah hujan yang turun tergolong sedikit. Jika dalam satu bulan, hujan yang turun berjumlah 60 hingga 100 mm, maka bulan tersebut dikatakan bulan lembab dan jika dalam satu bulan hujan yang turun berjumlah lebih dari 100 mm, maka bulan tersebut dikatakan bulan basah karena hujan yang turun dianggap banyak. Klasifikasi Mohr tersebut kemudian digunakan oleh Schmidt dan Ferguson untuk membagi iklim. Schmidt dan Ferguson membagi iklim menjadi delapan, yaitu iklim tipe A (sangat basah), tipe B (basah), C (agak basah), D (sedang), E (agak kering), F (kering), G (sangat kering), dan H (luar biasa kering). Rasa ingin tahu terhadap iklim, memunculkan ilmu klimatologi sedangkan rasa ingin tahu terhadap cuaca memunculkan ilmu meteorologi. 

Adapun daratan yang berada di kutub utara dan kutub selatan mempunyai iklim yang sama (iklim dingin) namun berbeda. Jika dibandingkan antara daratan di kutub utara dengan daratan di kutub selatan, maka suhu yang berada di kutub selatan lebih dingin dari suhu di kutub utara. Hal tersebut juga disebabkan oleh kemiringan 23,5° bumi. Diperolehnya sedikit sinar dari matahari mengakibatkan suhu daratan kutub utara sedikit lebih tidak dingin dari suhu daratan kutub selatan. Hal tersebutlah yang membuat daratan di kutub utara lebih diminati oleh makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan) daripada daratan di kutub selatan. 

Empat Elemen: Udara, Air, Tanah dan Api 

Menurut mitos Cina Kuno, api murni berasal dari Naga. Namun menurut penulis api murni berasal dari matahari. Matahari lebih besar dan memiliki bentuk yang serupa dengan bumi. Benda langit inilah yang memungkinkan terjadinya kehidupan di bumi, dan interaksi antara matahari dengan bumi menentukan kondisi bumi. Garis edar bumi yang mengelilingi matahari tidaklah berbentuk lingkaran sepenuhnya, melainkan berbentuk elips. Hal tersebut yang menyebabkan terkadang dalam beberapa bulan terasa sangat panas, saat itulah jarak terdekat bumi dengan matahari. 

Tanah merupakan rumah bagi flora dan tempat berpijak bagi fauna dan manusia. Tiap-tiap daratan memiliki kandungan tanah yang berbeda-beda. Hal tersebut kemudian mengakibatkan perbedaan jenis-jenis tumbuhan antar daerah maupun perbedaan kualitas. Untuk mengatasi kandungan tanah yang tidak mendukung ataupun untuk meningkatkan produksi tanaman dalam suatu daerah, maka dibuatlah pupuk untuk memanipulasi kandungan tanah. Namun, pupuk juga memiliki efek samping yang tidak baik bagi tanaman. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pupuk akan menurunkan kualitas tanah sehingga kandungan nutrisi tanaman akan berkurang. 

Pepatah lama mengatakan bahwa air itu abadi. Hal tersebut ada benarnya, berdasarkan hasil penelitian terdapat sebuah fenomena alam: siklus hidrologi. Air di bumi terbagi menjadi dua, yaitu air laut dan air tawar, yang sudah menjadi pengetahuan umum (common sense). Dalam kitab Al-Qur’an pun dinyatakan bahwa air laut dan air tawar tidak akan pernah menyatu. Pernyataan tersebut menunjuk pada air payau, sebuah lingkungan hidup perairan yang menghasilkan hewan perairan yang khas. Menurut gagasan para ahli, struktur air dapat dirubah sehingga menjadi obat suatu penyakit. Airlah juga yang menjadi kebutuhan dasar makhluk hidup. Tanpa makanan manusia dapat bertahan selama sekitar satu minggu sedangkan tanpa air manusia tidak dapat bertahan lebih lama. Terlebih tanpa udara. 

Udara merupakan elemen alam yang paling rumit, karena kasat mata. Namun, walaupun seperti itu udara adalah nyata, memiliki struktur, memiliki massa. Interaksi antara matahari dengan udara bumi mengakibatkan suhu permukaan bumi berbeda-beda. Dalam sebuah teori (suhu udara vertikal) dikatakan bahwa setiap naik 100 m, maka suhu udara akan berkurang sebanyak 1°C, setiap turun 100 m suhu udara akan bertambah sebanyak 1°C. Selain suhu udara secara vertikal, suhu udara juga menyebar secara horizontal. Tiap-tiap daratan memiliki suhu yang berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan intensitas penyinaran atau sudut datang sinar matahari. Penyinaran matahari terhadap bumi kemudian memberi pengaruh terhadap kandungan udara atau massa udara pada masing-masing daratan. 

Hal tersebut yang kemudian mengakibatkan terjadinya angin atau udara yang bergerak. Seperti halnya air yang bergerak dari dataran tinggi ke dataran rendah, udara pun bergerak, dari daerah yang bertekanan tinggi (suhu udara rendah) ke daerah yang bertekanan rendah (suhu udara tinggi). Selain itu udara juga mengandung zat air yang telah berubah wujud dalam bentuk gas (uap). Zat air yang dikandung udara kemudian menentukan kelembabannya. Namun zat air yang dapat dikandung oleh udara juga terbatas. Apabila zat air yang dikandung oleh udara telah penuh, maka uap air akan berubah wujud kembali menjadi air dalam bentuk embun. 

Berbagai Macam Sub Kontinen 

Sub kontinen atau daratan hasil pecahan benua, berada di atas perairan yang kemudian dinamakan pulau. Sub kontinen (pulau) yang terbentuk dari pecahan benua menghasilkan pola tertentu, yaitu island, a chain of island dan archipelago (arc). Suatu pulau disebut island jika hanya terdiri dari satu pulau. Suatu pulau yang terletak bersama dengan pulau-pulau lain dan terletak secara berantai, berjejer atau berderet, maka kepulauan itu disebut a chain of island, dan jika suatu kepulauan mempunyai keletakan pulau yang tidak beraturan, maka pulau itu disebut archipelago (seperti kepulauan Indonesia). 

Penutup 

Menurut penulis, tulisan ideal adalah tulisan yang memiliki bagian pendahuluan atau pengantar, isi dan penutup. Bagian pendahuluan atau pengantar berfungsi untuk mengantar pembaca menuju pembahasan atau agar pembaca tidak ‘kaget’. Bagian isi dari tulisan ini membahas benua, akan tetapi terdapat juga bagian yang membahas mengenai empat elemen: udara, air, tanah dan api yang mungkin tidak berhubungan dengan topik pembahasan, namun penulis merasa ingin untuk menuliskannya. Oleh karena itu pada bagian tersebut tulisan terkesan terburu-buru. 

Tulisan adalah komunikasi antar penulis dan pembaca. Komunikasi ideal menurut penulis adalah komunikasi yang tidak hanya mengandung bagian pendahuluan, isi dan penutup. Akan tetapi juga dilihat dari feedback atau tanggapan dari pembaca. Hal tersebutlah yang juga dapat dikatakan sebagai tolak ukur utama dari sebuah komunikasi. Oleh karena itu, setelah membaca tulisan ini, mohon untuk memberi tanggapan atau komentar. Sekian dan terima kasih.