Klik "ide judul blog" untuk membaca tulisan ide dari judul blog...

Minggu, 15 Mei 2022

Berawal dari Nggak Pengen ke Kepengen Banget. Curhat Dikit Nggak Apa-Apa Kan? Dasar-Dasar Fotografi.

Sumber foto: www.unsplash.com

Pengantar

Saya mulai mengenal fotografi sejak tahun 2012 / 2013. Sebelum tahun tersebut sebenarnya juga sudah bersentuhan dengan dunia fotografi namun hanya sekedar motret-motret biasa saja menggunakan kamera handphone. Tahun 2012 atau kalau tidak salah ingat tahun 2013, itu adalah momen pertamaku menggunakan kamera DSLR (kamera DSLR yang kugunakan saat itu adalah Nikon D3200). Saya diberi job oleh senior untuk mendokumentasikan sebuah acara temu alumni walaupun saya hanyalah fotografer backup (fotografer kedua) dalam acara tersebut. Saat kegiatan usai, satu komentar dari senior yang masih kuingat sampai sekarang adalah: KENAPA KURANG SEKALI FOTONYA?!. Itulah pelajaran pertama yang kudapat dalam fotografi. Saat mendapatkan job fotografi dan Anda masih pemula, maka perbanyaklah memotret.

Sejak mahasiswa, saya memang sudah menanamkan mindset, bahwa saya tidak tertarik dengan fotografi, dan saya tidak akan pernah mengambil job tersebut. Di tahun 2014, saya mendapatkan panggilan untuk mengikuti penelitian tema megalitik di Lembah Bada, Poso, Sulawesi Tengah selama sebulan. Terdapat berbagai job dalam penelitian tersebut, yang salah satunya adalah fotografi. Karena kebetulan saya juga memiliki keahlian menggambar, sehingga saya memiliki alasan untuk tidak mengambil job fotografi. Karena job dalam penelitian tersebut dirolling, maka saya sampai mengeluarkan argumen bahwa job apapun akan saya terima asal jangan motret. Saya tidak tahu motret.

Tahun 2015 saya menyelesaikan studi S1 ku dan langsung magang di tempatku menimba ilmu. Karena hanya saya seorang yang magang di sana, maka job apapun harus kuterima, termasuk fotografi. Di tempatku magang inilah saya mulai mempelajari fotografi. Jadi bisa dibilang motivasi awalku belajar fotografi adalah karena tuntutan pekerjaan. Di masa magangku ini saya mulai serius belajar fotografi. Mindset awal ku pun musnah tergantikan dengan keinginanku untuk belajar fotografi. Tidak puas dengan materi gratisan, saya pun sempat rela mengeluarkan uang untuk materi berbayar.

Waktu terus berlalu. Karirku dalam dunia fotografi pun bisa dibilang meningkat. Karena yang tadinya hanya skala departemen, sekarang menjadi skala fakultas. Saya pun menjadi fotografer fakultas. Dalam tulisan ini sebenarnya hal yang ingin disampaikan adalah sharing mengenai dasar-dasar fotografi. Hanya sekedar berbagi dengan para pembaca. Adapun kisah penulis berkenaan dengan fotografi hanyalah sebuah pengantar.

Dasar-Dasar Fotografi

Berawal dari Mode Auto atau Program ke Mode Manual

Sumber foto: dokumentasi pribadi

Jika Anda sudah beranjak dari mode Auto / Program ke mode Manual dalam menggunakan kamera DSLR, maka itu adalah permulaan yang baik. Awal karir penulis di dunia fotografi juga seperti itu, berawal dari mode Auto atau Program ke Mode Manual. Di dalam kamera DSLR terdapat beberapa mode yang dapat digunakan. Dalam tulisan ini, penulis membaginya ke dalam dua golongan besar, yaitu Mode Otomatis dan Mode Non Otomatis. Kamera DSLR pada umumnya memiliki tiga mode otomatis, yaitu (1) Mode Auto, (2) Mode Program, dan (3) Mode Auto tanpa Flash Light. Mode Auto sama halnya dengan memotret dengan menggunakan kamera handphone. Pengaturan kamera diserahkan sepenuhnya ke kamera. Sehingga mode ini cocok digunakan untuk fotografer pemula.

Selanjutnya adalah Mode Auto tanpa Flash Light. Terkadang, di beberapa tempat, pemilik tempat mengizinkan untuk memotret di dalam ruangan, namun karena suatu alasan sehingga dilarang menyalakan flash light. Dalam kondisi seperti ini, mode Auto tanpa Flash Light inilah yang cocok digunakan. Satu perbedaan lagi antara Mode Auto dengan Mode Auto tanpa Flash Light adalah saat kondisi obyek yang akan difoto disinari cahaya yang tidak cukup, maka built-in flash light kamera akan secara otomatis terbuka sedangkan saat obyek mengalami kondisi minim cahaya dengan menggunakan mode Auto tanpa Flash Light, maka built-in flash light tidak akan terbuka dan sebagai penggantinya nilai ISO kamera dinaikkan, yang biasanya dua kali lipat. Selain itu, terdapat satu alasan menggunakan mode ini. Penulis sendiri dulunya sering menggunakan Mode Auto tanpa Flash Light ini karena tidak menyukai hasil foto yang menggunakan flash light. Hasil foto dengan menggunakan built-in flash light akan menimbulkan bayangan tajam di belakang obyek yang difoto.

Mode Otomatis yang terakhir adalah Mode Program. Sebenarnya mode program ini adalah mode semi otomatis. Karena dengan menggunakan mode ini, pengguna kamera masih dapat melakukan pengaturan pada kamera. Nilai yang dapat diatur adalah nilai ISO-nya, sedangkan untuk nilai Aperture dan Shutter Speed-nya diatur oleh kamera. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa mode ini dikelompokkan ke dalam mode semi otomatis di dalam tombol dial kamera.

Mode Non Otomatis terdiri dari: (1) Mode P, (2) Mode S, (3) Mode A, dan (4) Mode M. Sebelum menggunakan mode ini, pemahaman mengenai segitiga fotografi adalah hal yang mutlak untuk diketahui. Mode semi otomatis ini sangat jarang penulis gunakan dalam memotret, sehingga hanya tahu secara teoritis saja. Mode P adalah seperti yang telah dijelaskan di atas. Mode S adalah singkatan dari Mode Shutter Speed Priority. Mode ini lebih memprioritaskan pengaturan shutter speed kamera dan nilai aperture-nya otomatis atau dengan kata lain, Mode S ini mengotomatiskan pengaturan nilai aperture dan memanualkan pengaturan nilai shutter speed. Mungkin mode ini cocok digunakan dalam kondisi obyek yang ingin difoto memiliki pergerakan yang dinamis, yaitu kadang cepat, kadang lambat. Sehingga pemotret harus mengatur nilai shutter speednya secara manual. Jika Mode S memanualkan nilai shutter speed kamera, maka Mode A (Aperture Priority) memanualkan nilai aperture kamera, dan mengotomatiskan nilai shutter speed kamera.

Mode terakhir adalah Mode Manual, mode yang penulis gunakan dalam motret hingga saat ini. Mode ini menjadi mode favorit penulis karena dengan mode ini, kendali penuh terhadap kamera berada di tangan si pemegang kamera. Jadi lebih memainkan kreativitas kita dalam memotret. Dalam mode ini, nilai ISO, aperture, dan shutter speed diatur oleh si pemegang kamera.

Segitiga Fotografi dan Komponen Utama dalam Memotret

Sumber gambar: shotsbyalexander.com


Segitiga Fotografi atau Segitiga Eksposur adalah pengetahuan mutlak yang harus dimiliki oleh orang-orang yang ingin berkecimpung di dalam dunia fotografi. Segitiga Eksposur terdiri dari tiga komponen yang satu sama lain saling mempengaruhi. Pengaturan ketiga komponen inilah yang menentukan terang gelapnya foto. Ketiga komponen tersebut adalah ISO, Aperture, dan Shutter Speed. Namun, selain ketiga komponen tersebut, terdapat satu komponen utama yang sangat penting dalam motret. Komponen tersebut adalah cahaya. Tanpa cahaya, kamera sebagus apapun tidak akan ada gunanya. Dari cahaya inilah kita dapat melakukan pengaturan terhadap ISO, Aperture dan Shutter Speed.

Dalam kamera DSLR, terdapat tiga komponen penting, yakni sensor, cermin, dan aperture pada lensa. Dengan melakukan pengaturan nilai ISO, berarti kita melakukan pengaturan terhadap tingkat kepekaan sensor kamera terhadap cahaya. Dengan melakukan pengaturan nilai shutter speed, berarti kita melakukan pengaturan terhadap lamanya cermin terangkat atau dengan kata lain, lamanya cahaya mengenai sensor kamera. Dengan melakukan pengaturan nilai aperture, berarti kita melakukan pengaturan terhadap besar kecilnya bukaan lensa, sehingga menentukan jumlah cahaya yang masuk mengenai sensor kamera.

Kondisi tempat motret dapat dibagi dua, yaitu indoor dan outdoor. Kedua kondisi ini membuat perbedaan pengaturan kamera yang sangat signifikan utamanya pada nilai ISO. Saat berada di luar ruangan (outdoor), sumber cahaya adalah matahari sehingga cahaya melimpah ruah, yang mengharuskan kepekaan sensor kamera di-setting rendah. Misalnya ISO 100 hingga 800. Saat berada di dalam ruangan (indoor), sumber cahaya adalah lampu. Ada dua kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu: jika jumlah cahaya lampunya cukup, maka settingan nilai ISO tidak usah terlalu tinggi, tapi jika jumlah cahaya lampunya tidak cukup (ruangannya gelap), maka settingan nilai ISO harus tinggi. Berdasarkan pengalaman penulis, biasanya menggunakan nilai ISO ribuan. Seperti 1250, 1600, hingga 6400. Kesimpulannya adalah jika cahaya tidak memadai, maka sensor kamera harus lebih dipekakan lagi terhadap cahaya agar foto menjadi terang. Namun jika cahaya yang tersedia cukup memadai, maka sensor kamera tidak usah ditinggikan nilai kepekaannya terhadap cahaya.

Komponen yang kedua adalah shutter speed. Pengaturan ini bergantung pada pergerakan obyek yang ingin difoto. Jika obyek yang ingin difoto adalah benda yang tidak bergerak (benda mati), maka lama cahaya mengenai sensor kamera dapat disetting lama (dapat disetting 1/60 ke bawah hingga 2 detik). Namun jika obyek yang ingin difoto adalah obyek yang bergerak, maka settingan shutter speednya harus dipertimbangkan. Berdasarkan pengalaman penulis, jika obyek yang ingin difoto adalah orang-orang dengan kegiatan seperti rapat, seminar, dan kegiatan-kegiatan sejenis, maka nilai shutter speednya cukup dengan 1/60, 1/80 hingga yang paling tinggi adalah 1/125. Pergerakan orang-orang dalam kegiatan rapat ataupun seminar adalah relatif lambat, sehingga tidak perlu mengatur nilai shutter speed terlalu cepat. Berbeda dengan orang-orang yang sedang berada dalam kegiatan olah raga apalagi balapan motor atau mobil. Maka shutter speed harus disetting cepat untuk membekukan obyek yang ingin difoto.

Komponen yang terakhir adalah aperture. Pengaturan nilai aperture ini bergantung dari tata letak obyek yang ingin di foto. Jika kita ingin memfokuskan kedua obyek yang dekat dan jauh dari kamera, maka aperture (bukaan) lensa harus dipersempit, dan jika kita hanya ingin memfokuskan satu obyek saja (obyek yang dekat atau yang jauh saja), maka bukaan lensa harus diperlebar.

Jadi kesimpulannya adalah saat dihadapkan dengan kondisi cahaya yang tidak cukup, maka sensor kamera dipekakan yang berarti nilai ISO dinaikkan. Saat dihadapkan dengan kondisi obyek yang bergerak cepat, maka lama cahaya mengenai sensor kamera dipercepat. Saat ingin menajamkan semua obyek, maka persempitlah aperture lensa.

Hubungan Antara Ketiga Komponen, Kelebihan dan Kekurangannya

To Be Continued…