Klik "ide judul blog" untuk membaca tulisan ide dari judul blog...

Jumat, 16 Mei 2014

Jari Memang Tercipta untuk Keyboard

sumber foto: http://www.pusatgratis.com

Dalam dunia pembelajaran, terdapat tiga istilah yang mirip namun berbeda dan terkadang menimbulkan kekeliruan. Istilah yang dimaksud adalah pengajaran, pendidikan dan pelatihan. Pengajaran adalah suatu proses pemindahan ilmu atau materi dari guru ke murid yang cukup hanya untuk dimengerti atau dipahami saja. Pendidikan adalah suatu proses pemindahan ilmu atau materi dari guru ke murid dan ilmu atau materi tersebut tidak hanya sekedar untuk dimengerti atau dipahami saja, tetapi lebih dari itu. Murid harus menghayati ilmu atau materi tersebut dan dilaksanakan dalam perbuatan. Pelatihan adalah suatu proses pengasahan atau pengembangan diri untuk memperoleh suatu kemampuan atau keterampilan.

Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pengajaran adalah ilmu atau materi yang bersifat teori, seperti: teori kecerdasan buatan (Artificial Intelligent), teori-teori komunikasi, dan lain sebagainya. Ilmu atau materi tersebut cukup hanya untuk dimengerti atau dipahami saja. Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pendidikan adalah ilmu yang sering dikenal dengan Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan lain sebagainya. Pendidikan Agama maupun Pendidikan Kewarganegaraan dalam prosesnya menuntut murid untuk melaksanakan apa yang telah disampaikan oleh guru. Ilmu atau materi yang dilakukan dengan proses pelatihan adalah ilmu beladiri, seni, dan lain sebagainya. Untuk menguasai suatu keterampilan tertentu, murid harus berlatih

Proses belajar yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah proses berlatih untuk memperoleh keterampilan mengetik 10 jari. Dalam sebuah buku yang berjudul "The 8th Habit" karya Stephen Covey, dikatakan bahwa kita telah melewati tiga zaman dan sedang berada pada zaman keempat: zaman pekerja informasi/ pengetahuan. Ketiga zaman sebelumnya adalah zaman berburu dan mengumpulkan makanan, zaman bercocok tanam dan zaman industri. Pada zaman berburu dan mengumpulkan makanan, setiap orang harus pandai berburu untuk bertahan hidup. Pada zaman bercocok tanam, setiap orang harus pandai bercocok tanam untuk bertahan hidup dan agar hasil yang diperoleh lebih baik dari zaman berburu dan mengumpulkan makanan. Pada zaman industri, orang-orang membangun pabrik dan mempekerjakan orang-orang lainnya agar hasil yang diperoleh lebih besar. Oleh karena itu, orang-orang berlatih untuk memperoleh keterampilan tertentu yang berhubungan dengan jenis suatu pabrik. Pada zaman pekerja informasi/ pengetahuan yang sedang dijalani ini, keterampilan berkomputer sebaiknya dimiliki, dan keterampilan yang termasuk dalam keterampilan dasar dalam berkomputer adalah mengetik dengan 10 jari (karena kita hanya memiliki 10 jari tangan).

Sebelum berlatih mengetik 10 jari, pemahaman terhadap keyboard sangat dibutuhkan. Terdapat berbagai macam keyboard, dan yang paling umum digunakan di Indonesia adalah Keyboard Qwerty. Nama tersebut diambil dari tata letak tombol huruf jika dibaca dari kiri ke kanan. Secara umum tombol keyboard terdiri dari tombol: simbol bendera (logo Windows), Esc (Escape), Tab (Tabulator), Shift, Alt (Alternative), Ctrl (Control), Enter,  F1 (Function1), F2 (Function2) hingga F12 (Function12), ScrLk (Scroll Lock), NumLk (Number Lock), Caps Lock (Capitals Lock), PrtSc (Print Screen), Ins (Insert), Del (Delete), Home, Pg Up (Page Up), Pg Dn (Page Down), End, tanda panah kiri, kanan, atas dan bawah, angka dari 0 hingga 9, huruf dari A hingga Z, tombol Space dan Backspace, serta tanda baca dan simbol-simbol sederhana. Walaupun fungsi-fungsi tombol keyboard yang telah disebutkan merupakan pengetahuan umum, namun dalam tulisan ini fungsi-fungsi tersebut akan dibahas untuk tujuan tertentu.

Tombol Escape berfungsi untuk membatalkan (Cancel) pilihan jika ada jendela pilihan yang muncul. Tombol Alternatif (Alt) berfungsi sesuai dengan namanya, yaitu sebagai alternatif bagi mouse. Jika mouse sedang rusak, maka keyboard dapat digunakan sebagai pengganti sementara, dan tombol yang akan banyak digunakan adalah tombol Alt. Tombol Control adalah sebuah tombol yang tidak dapat berfungsi sendiri. Tombol tersebut selalu berkombinasi dengan tombol-tombol lain yang kemudian diistilahkan dengan Shorcut Key. Scroll Lock, Number Lock, dan Caps Lock berfungsi sesuai dengan namanya, yaitu untuk mengunci. Scroll Lock berfungsi untuk mengunci fungsi scroll pada layar, Number Lock berfungsi untuk mengunci tombol nomor, dan Caps Lock berfungsi untuk mengunci agar tombol-tombol huruf menjadi huruf kapital. Tombol Print Screen (PrtSc) berfungsi untuk mencetak atau menyimpan gambar yang sedang tampil pada layar komputer. Tombol Insert berfungsi untuk menukar karakter. Tombol Delete berfungsi untuk menghapus karakter di sebelah kanan/depan "I Beam". Tombol Backspace yang merupakan kebalikan dari tombol Space berfungsi untuk menghapus karakter di sebelah kiri/belakang "I Beam". Walaupun memiliki kemiripan, tombol Backspace dan Delete memiliki perbedaan yang signifikan. Saat sedang berada pada jendela folder (Windows Explorer), Backspace berfungsi sebagai tombol navigasi "Back" sedangkan tombol Delete berfungsi untuk menghapus file atau folder.

Selain fungsi-fungsi tombol keyboard satu per satu, terdapat juga fungsi-fungsi tombol kombinasi yang biasa disebut Shorcut Key. Beberapa shortcut key yang biasa digunakan adalah: Alt + Tab, tombol logo Windows + Tab, tombol logo Windows + D, Ctrl + Shift + Esc, Alt + F4, Ctrl + C, Ctrl + X, Ctrl + V, Ctrl + S, Ctrl + P, dan lain sebagainya. Jika terdapat beberapa jendela yang sedang berjalan, maka dapat digunakan Shorcut Key: "Alt + Tab" atau "logo Windows + Tab". Shorcut Key tersebut berfungsi untuk mengefisiensikan perpindahan dari jendela satu ke jendela lain. Perbedaan antara kedua shortcut key tersebut hanyalah dari tampilan. Shorcut Key "Logo Windows + D" berfungsi untuk kembali ke tampilan Desktop secara cepat. "Ctrl + Shift + Esc" berfungsi untuk membuka jendela Task Manager. "Alt + F4" berfungsi untuk menutup jendela, dan apabila sedang berada pada tampilan desktop kemudian menekan shortcut key tersebut, maka kita akan masuk pada menu shut down. Ctrl + C untuk menggandakan, Ctrl + X untuk memotong atau memindahkan, Ctrl + V untuk menempel (paste), Ctrl + S untuk menyimpan, dan Ctrl + P untuk mencetak (print).

Mengetik 10 jari adalah sebuah keterampilan yang diperoleh dengan cara berlatih dan tingkat penguasaan keterampilan tersebut akan sangat bergantung pada tingkat kemauan yang dimiliki. Kemauan untuk memiliki keterampilan mengetik 10 jari dapat didasari oleh satu alasan, yaitu dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan menulis/mengetik. Orang yang memiliki keterampilan mengetik 10 jari akan sangat berbeda dengan yang tidak memilikinya. Jika pembaca adalah salah seorang yang memiliki keterampilan mengetik 10 jari, maka pernyataan penulis tersebut pastilah dibenarkan. Dengan memiliki keterampilan mengetik 10 jari, pekerjaan yang dilakukan selama seharian, dapat diselesaikan hanya dalam 5 jam. Intinya, keterampilan mengetik 10 jari dapat lebih menghemat waktu.

Keterampilan mengetik 10 jari memang sulit untuk diperoleh, karena selain harus memiliki kemauan, dibutuhkan juga latihan yang konsisten. Dalam agama Islam diajarkan bahwa Allah SWT lebih menyukai pekerjaan yang sedikit tapi konsisten. Latihan mengetik 10 jari dapat dilakukan dengan perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, namun konsisten.

Sebenarnya, pembaca dapat memiliki atau mungkin membuat sendiri keyboard yang sesuai dengan keinginan kita. Huruf S berada pada urutan pertama, huruf A berada pada urutan kedua, dan seterusnya. Tapi penulis rasa, itu adalah hal yang rumit, jika kita bukan ahli elektronika. Jadi kita sebaiknya beradaptasi dengan lingkungan (keyboard).

Keyboard pada umumnya terdiri dari 3 baris dan 10 kolom untuk tombol-tombol huruf dan beberapa tanda baca. Kolom pertama adalah karakter Q, A, Z; kolom ke dua adalah karakter W, S, X; kolom ketiga karakter E, D, C; kolom keempat karakter R, F, V; kolom kelima karakter T, G, B; kolom keenam karakter Y, H, N; kolom ketujuh karakter U, J, M; kolom kedelapan karakter I, K, tanda koma (,); kolom kesembilan O, L, titik (.); dan kolom kesepuluh P, titik koma (;), garis miring (/). Dengan tata letak karakter-karakter tersebut, maka jari-jemari harus beradaptasi dengan cara melakukan pembagian wilayah kekuasan pada setiap jari yang dimiliki.

Tangan kiri memiliki wilayah kekuasaan pada kolom pertama hingga kelima dan tangan kanan pada kolom keenam hingga kesepuluh. Pada tangan kiri, jari kelingking memiliki wilayah kekuasaan pada kolom pertama, yaitu karakter Q, A, Z; jari manis memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kedua, yaitu karakter W, S, X; jari tengah memiliki wilayah kekuasaan pada kolom ketiga, yaitu E, D, C; jari telunjuk memiliki wilayah kekuasaan pada kolom keempat dan kelima, yaitu R, F, V, dan T, G, B. Pada tangan kanan, jari telunjuk memiliki wilayah kekuasaan pada kolom keenam dan ketujuh, yaitu Y, H, N, dan U, J, M; jari tengah memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kedelapan, yaitu I, K, tanda koma (,); jari manis memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kesembilan, yaitu O, L, tanda titik (.); jari kelingking memiliki wilayah kekuasaan pada kolom kesepuluh, yaitu P, tanda titik koma (;), garis miring (/).

Adapun ibu jari pada kedua tangan memiliki wilayah kekuasaan pada tombol spasi. Hal tersebut menjelaskan mengapa ukuran tombol Spasi lebih panjang dari tombol-tombol lainnya. Selain itu, di kiri dan kanan juga terdapat tombol Shift. Tombol Shift di sebelah kiri adalah tanggung jawab tangan kiri, dalam hal ini jari kelingking, dan digunakan saat ingin mengkapitalkan atau mengganti karakter wilayah kekuasaan tangan kanan, sedangkan tombol Shift di sebelah kanan adalah tanggung jawab tangan kanan, dalam hal ini jari kelingking, dan digunakan saat ingin mengkapitalkan atau mengganti karakter wilayah kekuasaan tangan kiri.

Butuh waktu agar kesepuluh jari beradaptasi dengan wilayah kekuasaannya masing-masing. Metode atau strategi latihan dapat diciptakan sendiri. Penulis sendiri, berlatih mengetik 10 jari secara autodidak sambil berbisnis (Terima Ketikan Komputer). Belajar sambil berbisnis adalah hal yang beresiko namun strategi tersebut dapat mempercepat proses latihan karena keterampilan mengetik 10 jari adalah hal yang harus dimiliki untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan dari pelanggan. Pada awalnya beberapa dari pelanggan tidak senang dengan hasil kerja penulis karena tidak tepat waktu. Setelah berpengalaman dalam mengetik bahan-bahan dari pelanggan, seperti surat, skripsi, koran, dll, alhasil keterampilan mengetik 10 jari pun dapat penulis miliki, dan hasil kerja pun selalu tepat waktu. 

Apabila keterampilan mengetik 10 jari telah dimiliki, pengerjaan tugas kuliah akan lebih mudah dan cepat, kejahatan akademik: copy-paste pun akan cenderung tidak terjadi, dan masih banyak lagi manfaatnya. Ketika telah memiliki keterampilan mengetik 10 jari, kita akan menikmati kegiatan yang bernama mengetik. Kita dapat mengetik tanpa melihat keyboard, sehingga kita dapat melakukan hal lain, seperti menonton televisi atau berbicara dengan orang lain misalnya. Saat itulah kita akan berucap dalam hati: "JARI MEMANG TERCIPTA UNTUK KEYBOARD".

Selasa, 13 Mei 2014

Mengatasi Keresahan Malam Hari

 sumber foto: http://iwak.info

Malam ini begitu sunyi. Sekarang sudah hampir pukul 1. Sebagian orang memanfaatkan waktu seperti saat ini untuk tidur, yang lain memanfaatkannya untuk belajar, sebagian lainnya memanfaatkannya untuk bersenang-senang dan sebagian lainnya lagi memanfaatkannya untuk menulis.

Malam hari merupakan fenomena alam yang mengajarkan kita arti keadilan. Bukan hanya kita yang membutuhkan cahaya, tapi orang lain di belahan bumi lain juga membutuhkannya. Bumi berputar untuk mengajarkan kita arti keadilan.

Sekarang sudah pukul 1 lewat 20 menit. Itu artinya waktu telah berlalu sekitar 20 menit dan ide pun belum muncul di kepala. Hal tersebut menandakan bahwa ide adalah sesuatu yang tidak mudah didapatkan. Oleh karena itu, patutlah kiranya jika kita menghargai ide yang muncul di kepala kita. Kita tidak boleh membuang ide kita begitu saja tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu. Ide butuh untuk dihargai.

Sekarang sudah pukul 1 lewat 30 menit. Waktu telah berlalu 10 menit. Waktu adalah sesuatu yang berharga. Kita harus menggunakannya sebaik mungkin, karena kita tidak bisa mengendalikannya. Kita dapat menjinakkan hewan, membudidayakan tumbuhan, tapi kita tidak bisa mengendalikan waktu. Begitu berharganya waktu sehingga kita tidak diberi kuasa untuk mengendalikannya.

Sekarang pukul 1 lewat 50 menit, ide telah muncul. Cobalah sejenak kita memikirkan laut di kala malam hari. Gunakanlah imajinasi untuk dapat berada di laut saat ini dan berfikir untuk mencoba menyelam ke dalamnya. Begitu menakutkan, begitu menegangkan. Saat kita berada di dalam laut, maka tidak ada cahaya, sedangkan di samping kiri kanan kita ada ikan hiu dengan gigi-giginya yang tajam yang siap untuk memangsa kita. Jika kita sungguh berada di laut pada malam hari, beranikah kita untuk menyelam ke dalamnya ?

Ide yang baru saja muncul adalah mengenai laut di kala malam hari. Begitu hebatnya otak ini, sehingga dengan hanya memikirkan laut di kala malam hari, maka dengan cepat hal lain yang berhubungan dengan hal tersebut muncul. Hal yang dimaksud adalah pemikiran orang dahulu.

Zaman dulu, orang-orang berfikir secara mitologi. Penyebab guntur, penyebab gempa, penyebab hujan, semua itu datangnya dari dewa. Dahulu kala orang-orang percaya akan adanya dewa. Sehingga mereka harus melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati dewa. Mereka takut terhadap dewa, mereka takut terhadap alam.

Zaman prasejarah mesolitik, orang-orang tidak berani berada di luar rumah saat malam hari karena pada saat malam hari, tidak ada cahaya. Sebelum matahari terbenam, mereka segera masuk ke dalam rumah, mereka berhenti beraktifitas. Waktu terus berlalu, dan mereka menemukan alternatif cahaya, yaitu api. Mereka telah menemukan api.

Ketakutan terhadap malam hari pun hilang. Paradigma mereka mengenai malam hari telah berubah. Mereka mulai menemukan keindahan di kala malam hari, yaitu memandangi bulan dan bintang-bintang yang bergelantungan di langit.

Ketakutan penulis terhadap laut di kala malam hari sama halnya dengan ketakutan yang dialami oleh orang-orang dulu untuk keluar rumah pada malam hari sebelum ditemukannya api. Ketakutan dapat ditaklukkan dengan pengetahuan dan keberanian. Saat kita memberanikan diri untuk menyelam ke dalam laut di kala malam hari dan tidak ada ikan hiu di samping kiri kanan kita, maka ketakutan terhadap laut di kala malam hari akan hilang. Saat kita memperoleh pengetahuan tentang ikan hiu, maka ketakuan terhadapnya akan hilang dan kita akan berani mendekatinya.

Begitu hebatnya otak ini, dengan hanya memikirkan suatu hal, maka hal lain yang berhubungan akan terfikirkan. Kita hanya perlu menjelaskan bagaimana hubungan antara hal-hal tersebut.

Sekarang sudah pukul 2 lewat 48 menit. Sebenarnya tulisan ini muncul karena keresahan penulis akan aktivitas-aktivitas yang telah penulis lakukan. Apakah aktivitas yang telah dilakukan selama seharian sudah produktif ? Apakah aktivitas yang telah dilakukan selama seharian sudah berkualitas ? Sehingga dalam waktu memikirkan hal-hal tersebut, ide untuk menulis muncul. Tulisan ini ditulis apa adanya, untuk menghilangkan keresahan akan hal-hal tersebut.

Senin, 05 Mei 2014

Perubahan Paradigma

Sumber gambar: University of Harvard

Ada banyak pengertian paradigma menurut para ahli. Tapi katanya, paradigma itu berasal dari bahasa Yunani, digunakan dalam istilah ilmiah. Saat ini, kata paradigma digunakan secara umum. Mengutip sebuah defenisi, seperti halnya defenisi paradigma, haruslah dengan cara berfikir historis yaitu dengan mencari asal kata tersebut untuk menghormati orang yang telah menemukan kata tersebut. Tapi, untuk tujuan tulisan ini, maka dalam tulisan ini paradigma didefenisikan sebagai gambaran tentang dunia.

Teringat dengan Oprah Winfrey yang mengatakan bahwa untuk merubah kehidupan kita, maka kita harus merubah sikap kita. Hal tersebut memang benar, tapi Stephen R Covey mengatakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan kita adalah paradigma. Oleh karena itu, untuk merubah kehidupan kita, maka hal yang harus dirubah adalah paradigma. Paradigma adalah dasar dari sebuah sikap atau tindakan. Inilah yang menggerakkan kita. Inilah yang membuat kita menyalahkan kondisi saat kita dalam kesulitan. Inilah yang membuat kita proaktif ketika kita dalam kesulitan. 

Tiap orang memiliki paradigma yang berbeda-beda terhadap dunia. Hal tersebutlah yang unik dari hidup ini. Kita boleh berbeda paradigma akan tetapi kita tidak boleh mengatakan bahwa paradigma sayalah yang benar. Kita hanya dapat mempertahankan paradigma kita dengan tetap terbuka terhadap paradigma orang lain.

Ada sebuah fakta yang unik mengenai paradigma. Fakta ini terjadi pada abad pertengahan, mengenai penyakit. Pada kala itu, orang-orang memiliki paradigma bahwa penyebab penyakit berada di dalam darah. Oleh karena itu, jika seseorang menderita sebuah penyakit, maka keluarkan darahnya dengan cara disedot. Bagaimanakah jadinya jika paradigma tersebut masih digunakan hingga abad ini. Bagaimanakah jadinya jika darah di dalam tubuh terlalu banyak disedot. Masa setelahnya, paradigma mengenai penyakit berubah melalui sebuah penemuan ilmiah. Penyebab penyakit adalah kuman. Paradigma tersebutlah yang mengubah tindakan para dokter dalam menangani pasiennya. Para dokter tidak lagi menyedot darah jika seseorang sakit.

Hal tersebut diistilahkan dengan perubahan paradigma oleh Thomas Kuhn. Ia memperlihatkan bahwa hampir setiap penemuan penting (seperti halnya penemuan kuman di atas) berawal dari pemutusan terhadap paradigma lama. Mari kita mengambil sebuah contoh lagi pada masa kejayaan Kristen. Pada masa berkuasanya gereja terhadap sebuah negara. Sebelumnya, paradigma terhadap alam semesta adalah pusat alam semesta adalah bumi. Namun, timbul paradigma baru yang diciptakan oleh Copernicus. Ia mengatakan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Paradigma baru tersebut membuat ia dihukum oleh pemerintah. Fakta tersebut menandakan bahwa paradigma adalah suatu hal yang kuat.

Perubahan paradigma dapat mengarahkan kita ke arah positif atau negatif. Seperti halnya jika kita memiliki paradigma bahwa yang menyebabkan kondisi saya seperti sekarang ini adalah orang tuaku yang tidak mendidikku dengan baik, atau yang menyebabkan kondisi kita seperti sekarang ini adalah karena pemerintah yang tidak bijaksana dalam menerapkan keputusan-keputusannya. Melalui paradigma tersebut, kita akan terus dirasuki dengan fikiran negatif, akan terus menyalahkan kondisi, menyalahkan apa yang ada di luar diri kita tanpa lupa untuk berbenah diri. Namun jika kita memiliki paradigma bahwa kita sendirilah yang harus bertanggung jawab terhadap fikiran dan perasaan kita, maka kita tidak akan menyalahkan apa yang berada di luar diri kita. Kita tidak akan menyalahkan kondisi. Kita akan bersikap proaktif bukan reaktif.

Perubahan paradigma dapat terjadi secara spontan atau bertahap. Sebagai contoh perubahan paradigma secara spontan adalah penerapan hukum Islam. Jika seseorang dipergok mencuri, maka tangannya akan dipotong, dan hal tersebut dipertontonkan di depan umum. Hal tersebut besar kemungkinan akan secara langsung (spontan) merubah paradigma si pelaku, dan juga orang-orang yang menyaksikan hukuman tersebut, bahwa mencuri itu tidak baik. Tapi hal tersebut tidak akan terjadi karena negara kita mengadopsi hukum dari Belanda, hukum penjara. Saya sendiri juga sepertinya memilih menjadi kura-kura yang bersembunyi di dalam tempurung (pura-pura tidak tau) terhadap hukum Islam ini. Saya sendiri juga mual jika melanjutkan tulisan ini membahas mengenai hukum Islam terhadap orang-orang yang berbuat kriminal. Oleh karena itu, mari kita ganti topik (lanjut).

Menggambarkan perubahan paradigma secara bertahap, terdapat sebuah istilah: kontinum kematangan. Kontinum kematangan, menggambarkan proses dari paradigma ketergantungan ke paradigma kemandirian lalu ke paradigma kesalingtergantungan. Pada awalnya, kita bergantung terhadap orang lain akan kehidupan kita. Masa itu adalah pada saat kita bayi. Tanpa orang tua, kita tidak akan bertahan lama untuk hidup. Seiring bertumbuhnya kita, secara psikologi, emosi dan fisik, kita mulai sadar bahwa kitalah yang harus bertanggung jawab atas fikiran dan perasaan kita, kita sendirilah yang harus bertanggungjawab atas kehidupan kita. Oleh karena itu, kita mulai untuk mencari nafkah sendiri, mencuci baju sendiri, memasak sendiri, dan semuanya serba sendiri. Setelah masa itu, kita bertumbuh dewasa, menjadi matang, mulai sadar akan hukum alam, hukum kausalitas. Hukum tersebut juga berlaku terhadap hubungan antar manusia. Jika kita bertindak sesuatu pasti akan menghasilkan dampak atau akibat terhadap orang lain. Kita mulai sadar, bahwa kita membutuhkan orang lain dan orang lain juga membutuhkan kita untuk saling bekerja sama, agar hasil yang kita peroleh dapat lebih maksimal dibandingkan jika kita sendiri.

Ada pepatah yang berbunyi: “Cara terbaik untuk belajar adalah mengajar”. Tulisan ini adalah berdasarkan pada hasil belajar penulis terhadap buku yang berjudul “The 7 Habits of Highly Effective People”, yang baru penulis baca sampai pada kebiasaan 1: Jadilah Proaktif. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan proses pembelajaran penulis. Semoga tulisan ini bermanfaat.