Sumber foto: www.vatgia.com
Harapan saya adalah semoga
setelah ini saya dapat fokus berfikir tentang bungker.
Saat itu pukul 00.00 WITA. Saya harus tidur pada jam itu, karena saya sudah harus berada di rumah sebelum pukul 07.00 WITA. Saya pun merebahkan badan ke tempat tidur yang mengarah ke televisi. Saya memejamkan mata untuk tidur, namun usahaku tidak berhasil dikarenakan suasana yang sangat hening. Saya pun mengambil remote televisi kemudian menyalakan televisi. Saat itu film yang kebetulan ditayangkan adalah sebuah film yang berjudul: Flight Plan. Awal-awal film, hal yang diperlihatkan adalah seorang ibu di pesawat yang sedang membelai-belai putrinya. Sampai di situ, saya menyetel waktu tidur televisi: 60 menit, agar suasana tidak terlalu hening, lalu tidur. Beberapa menit kemudian, saya terbangun lalu kembali menonton. Pada bagian itu, saya menyaksikan wanita itu panik tiba-tiba. Saat itulah timbul pertanyaan: “mengapa dia panik ???”. Saya pun mulai penasaran.
Saat itu pukul 00.00 WITA. Saya harus tidur pada jam itu, karena saya sudah harus berada di rumah sebelum pukul 07.00 WITA. Saya pun merebahkan badan ke tempat tidur yang mengarah ke televisi. Saya memejamkan mata untuk tidur, namun usahaku tidak berhasil dikarenakan suasana yang sangat hening. Saya pun mengambil remote televisi kemudian menyalakan televisi. Saat itu film yang kebetulan ditayangkan adalah sebuah film yang berjudul: Flight Plan. Awal-awal film, hal yang diperlihatkan adalah seorang ibu di pesawat yang sedang membelai-belai putrinya. Sampai di situ, saya menyetel waktu tidur televisi: 60 menit, agar suasana tidak terlalu hening, lalu tidur. Beberapa menit kemudian, saya terbangun lalu kembali menonton. Pada bagian itu, saya menyaksikan wanita itu panik tiba-tiba. Saat itulah timbul pertanyaan: “mengapa dia panik ???”. Saya pun mulai penasaran.
Wanita itu bertanya pada
penumpang yang berada di dekatnya: “Sudah berapa lama kita terbang ?”. Orang
itu menjawab: “Sudah 3 jam”. “Oh, saya tertidur sudah begitu lama”.
“Di mana Julia ?”, tanya wanita
itu dalam hati. Ia pun mencari anaknya. Dia bertanya-tanya pada orang-orang
yang dilaluinya, hingga akhirnya meminta bantuan di awak pesawat.
Awak pesawat atau pramugari lalu memintanya untuk memperlihatkan tiket anaknya.
Ia pun mengeluarkan tiket di dalam kantongnya yang ternyata hanya berjumlah
satu buah. Wanita itu langsung berlari menuju seat-nya, dengan diikuti oleh awak
pesawat, kemudian memeriksa bagasinya. “Anak berumur 6 tahun tidak mungkin
mengambil ransel dengan bagasi yang setinggi ini”, katanya. “Anakku diculik !!!”.
Awak pesawat pun lalu bertanya kepada orang-orang yang duduk di dekat wanita
itu: “Apakah kau melihat anaknya ?”. Orang-orang menjawab: “tidak”, dan “dia sepertinya
tidak bersama anaknya di pesawat ini”.
Wanita itu pun sedih bercampur
panik kemudian meminta kepada awak pesawat untuk memberi pengumuman tentang hilangnya
anaknya. Awak itu pun mengabulkan permintaan wanita itu. “…Pesawat kami sepertinya
cukup besar untuk membuat seorang anak hilang…”. Masih kurang puas, wanita itu
pun meminta untuk dipertemukan oleh kapten pesawat. Permintaannya itu pun
dikabulkan lagi, mungkin karena mimik wajahnya. Pertemuan itu dihadiri oleh kapten
pesawat, para awak pesawat, wanita itu dan orang yang duduk bersebelahan dengannya yang juga adalah seorang polisi udara. Pertemuan itu bertujuan
untuk mencari solusi atas masalah itu.
Sebelum pertemuan, kapten pesawat
sudah mendapatkan informasi pribadi mengenai wanita itu. “…David, suami kamu,
telah meninggal karena terjatuh dari ketinggian, benar ?”. “Ya”, kata wanita
itu. “Apakah kamu sedang mengonsumsi sejenis minuman beralkohol ?”. “Tidak”,
jawab wanita itu. “Apakah kamu mengonsumsi obat-obatan atau sejenisnya ?”. “Tidak”,
jawabnya lagi. “Saya hanya mengonsumsi obat tidur dua buah pagi ini, sama
halnya dengan penumpang yang lain”, tambahnya.
“Apakah kau melihat dia bersama putrinya
saat masuk di dalam pesawat?”, tanya kapten pada awak pesawat yang bertugas di
bagian itu. “Tidak”, jawabnya. Orang yang duduk bersebelahan dengan wanita itu
kemudian menambahkan: “Dia sepertinya juga tidak bersama putrinya di pesawat
ini”. Wanita itu pun meminta kepada kapten agar para awaknya mencari putrinya
di segala ruangan. Kapten pun mengabulkan permintaannya dan awak pesawat patuh.
Selama pencarian itu, kapten mencari informasi mengenai daftar penumpang. Wanita
itu mengawasi awak-awak pesawat, apakah dia mengerjakan apa yang diperintahkan
kapten itu atau tidak.
“Kami sudah melihat daftar
penumpang, ada 32 anak di pesawat ini, dan betul, anakmu tidak ada di pesawat
ini”, kata kapten pesawat.
Sampai di bagian itu, saya jengkel
dan berkata dalam hati: “Lagi frustasi itu kayaknya cewekka”. “Sudah banyak orang yang dia repotkan”. Saya pun sudah tidak
berpihak kepada wanita itu, dan juga semua orang yang ada dalam pesawat itu. Sampai
di situ, saya berniat untuk menyalakan komputer kemudian online untuk googling sinopsis
cerita film itu, lalu beres, sayapun bisa tidur. Akan tetapi saya memberi kesempatan
pada film itu. Wanita itu kini hanya sendiri, karena saya sudah tidak berpihak
lagi padanya.
Wanita itu dengan rasa paniknya
yang bertambah besar, lanjut mencari lagi putrinya. Mungkin karena sudah bosan,
orang/ polisi udara yang duduk bersebelahan dengan wanita itu kemudian menyinggung:
“Apa yang membuatmu begitu yakin bahwa putrimu diculik ?”. “Untuk apa orang mau
mencelakaimu ?”. “Apa istimewamu ?”. Wanita itu pun menjawab: “Saya pernah
bekerja di penerbangan, dan saya tahu detail pesawat ini”.
Karena salah seorang penumpang
sudah muak dengan wanita itu, ia lalu memukulinya hingga wanita itu jatuh
pingsan. Wanita itu pun diborgol oleh polisi udara yang duduk bersebelahan
dengannya, agar dia tidak mengganggu. Setelah sadar, seorang wanita yang
sepertinya seorang psikolog mengajaknya ngobrol: “bisakah kau menceritakan
sedikit tentang suamimu ?”. Wanita itu tidak berkata apa-apa. Lalu, dengan
tekniknya, orang yang sepertinya psikolog itu dapat membuat wanita itu
menceritakan tentang suaminya. Orang itu lalu mengajak wanita itu berimajinasi:
“bayangkan suamimu sedang berada di suatu pulau yang setiap saat dapat kau
kunjungi”. Wanita itupun berimajinasi, kemudian raut wajahnya sudah mulai terlihat
membaik. Tiba-tiba wanita itu minta izin ke toilet dengan alasan ia butuh waktu
untuk sendiri. Polisi itupun mengawalnya menuju toilet. Di toilet, wanita itu
naik ke atas pelapon yang sudah diketahuinya adalah ruang kendali rahasia. Dia pun
memainkan kendali itu, untuk membuat para penumpang panik. Dengan situasi itu,
dia dapat pergi ke beberapa ruangan yang belum diperiksa oleh awak pesawat
sebelumnya. Belum sampai di ruangan terakhir yang belum diperiksa, wanita itu telah
lebih dulu ditangkap oleh polisi itu. Dia lalu digiring kembali ke seat-nya.
Pesawat tinggal beberapa menit
lagi mendarat. Polisi udara memanggil seorang pramugari yang berada di depannya
lalu memintanya menjaga wanita itu karena dia mau pergi sebentar. Saat itu,
wanita itu bertanya kepada pramugari itu: “ke mana kau sewaktu para awak
pesawat sedang mencari-cari anakku ?” pramugari itu kemudian
menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum sembari mengatakan: “Aku turut
bersedih atas apa yang sedang menimpamu”.
Beberapa saat kemudian, saya menyaksikan seorang anak perempuan yang sedang tertidur di suatu ruangan, dan polisi udara itu yang sedang menaruh alat peledak di sekitar anak itu. Ternyata pesawat itu sedang dibajak oleh polisi udara itu yang bekerja sama dengan seorang pramugari. Peristiwa hilangnya putri wanita itu sudah direncanakan, dan semua kejadian di atas pesawat pun demikian. Sepertinya itulah alasan mengapa film itu diberi judul Flight Plan. Di akhir cerita, senjata makan tuan. Pembajak itu terkena bomnya sendiri, yang diledakkan oleh wanita itu. Setelah kejadian itu, wanita itu, bersama putrinya, keluar dari pesawat, dan orang-orang yang telah bersamanya di dalam pesawat kemudian tersenyum, seolah mengatakan: PERJUANGANMU SUNGGUH HEBAT !
Beberapa saat kemudian, saya menyaksikan seorang anak perempuan yang sedang tertidur di suatu ruangan, dan polisi udara itu yang sedang menaruh alat peledak di sekitar anak itu. Ternyata pesawat itu sedang dibajak oleh polisi udara itu yang bekerja sama dengan seorang pramugari. Peristiwa hilangnya putri wanita itu sudah direncanakan, dan semua kejadian di atas pesawat pun demikian. Sepertinya itulah alasan mengapa film itu diberi judul Flight Plan. Di akhir cerita, senjata makan tuan. Pembajak itu terkena bomnya sendiri, yang diledakkan oleh wanita itu. Setelah kejadian itu, wanita itu, bersama putrinya, keluar dari pesawat, dan orang-orang yang telah bersamanya di dalam pesawat kemudian tersenyum, seolah mengatakan: PERJUANGANMU SUNGGUH HEBAT !
Film Flight Plan adalah sebuah
film yang menarik, walaupun backgroundnya hanya di dalam pesawat, bagi saya.
Film itu mengajarkan kita arti sebuah perjuangan. Jika kau meyakini sesuatu, yang
sesuatu itu berdasarkan pada kebenaran, maka pertahankanlah sesuatu itu. Jangan
hiraukan komentar negatif orang-orang di sekelilingmu. Pada film itu, pemeran utamanya hanya berjuang ‘sendiri’.
Ada 400-an orang di sekililingnya, dan semuanya tidak ada yang berpihak
padanya. Namun walaupun demikian, ia tetap berjuang karena dia yakin bahwa dia
benar.
Ngomong-ngomong, sudah pukul 5.27
WITA mi ini. Betul-betul ini film Flight Plan…