Sumber gambar: unsplash.com/s/photos/friend |
Menurut pendapat pribadi penulis, relasi yang
paling sehat adalah relasi yang dibangun berdasarkan Paradigma
Kesalingtergantungan. Kita bergantung kepada orang lain, dan orang tersebut
juga bergantungan kepada kita. Ada kelebihan yang kita miliki tetapi tidak
dimiliki oleh orang lain sehingga membuat orang tersebut bergantung kepada kita
dan ada kelebihan yang orang lain miliki tetapi tidak dimiliki oleh kita
sehingga membuat kita bergantung kepadanya. Namun pada kenyataannya, tingkat
kematangan fisik tidak selamanya berbanding lurus dengan tingkat kematangan
psikis-emosional. Hal yang ironis adalah ketika seseorang sudah dewasa secara
fisik atau umur, namun masih berada pada Kontinum Kematangan Kesatu: Paradigma
Kamu-Kamu. Terus-terusan bergantung pada orang lain tanpa memperoleh sesuatu
yang dapat ditawarkan kepada orang tersebut. Jika kondisi seperti ini terjadi
dalam sebuah relasi, maka relasi tersebut dapat dikatakan relasi yang tidak
sehat.
Terkadang, kita melihat orang hebat beserta
kesuksesannya. Akan tetapi, kesuksesan tersebut dibangun atas dasar Paradigma
Aku-Aku. Hal tersebut bukanlah pencapaian tertinggi. Pencapaian tertinggi
adalah kesuksesan yang dibangun atas dasar Paradigma Kita-Kita.
Saat berada di bangku kuliah, seorang dosen pernah berkata seperti ini di ruang kelas: “ada dua jenis teman, yaitu : teman main dan teman kepercayaan.” Sampai sekarang, saya masih mempercayai hal tersebut. Teman main memang jumlahnya ada banyak, namun teman kepercayaan hanya sedikit, dan inilah yang disebut sebagai sahabat. Teman main hanya ada di saat kita senang, bermain dan tertawa bersama. Namun teman kepercayaan atau sahabat ada saat dibutuhkan dan memang jumlahnya hanya sedikit. Relasi persahabatan yang sehat adalah relasi yang dibangun atas dasar Paradigma Kesalingtergantungan. Oleh karenanya, menurut pendapat pribadi penulis, persahabatan itu adalah sebuah takdir. Jika kelebihan yang kita kembangkan selama ini dibutuhkan oleh orang lain, dan kelebihan orang lain tersebut yang ia kembangkan juga kita butuhkan, maka disitulah terjalin relasi persahabatan. Tidak hanya itu, persahabatan juga terjalin atas dasar kesamaan hobi, kesamaan sejarah hidup, nasib, kesamaan pola pikir, ideologi atau kesamaan karakter. Bersyukurlah bagi kita yang memilikinya, dan pekerjaan selanjutnya adalah mempertahankan relasi tersebut, hingga pada akhirnya dapat berkembang menjadi sebuah jejaring atau networking.